Sukses

Ternyata Manusia Masih Melanjutkan Evolusi

Suatu penelitian terkini menengarai bahwa seleksi alam masih berlangsung dan masih mengubah genom manusia secara tidak kentara.

Liputan6.com, New York - Beberapa pihak menduga apa yang terjadi dalam dunia kedokteran modern telah menghentikan evolusi manusia. Dengan kemajuan teknologi kedokteran dan teknologi reproduktif, kebanyakan manusia menikmati rentang hidup yang cukup panjang untuk mewarisi gen kepada generasi berikut. 

Namun demikian, suatu penelitian terkini menengarai bahwa seleksi alam masih berlangsung dan masih mengubah genom manusia secara tidak kentara.

Ketika para peneliti memeriksa 210 ribu orang di Amerika Serikat dan Inggris, mereka mendapati bahwa anomali-anomali genetik yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer dan perokok berat hadir lebih sedikit pada orang-orang yang berumur lebih panjang.

Para peneliti juga mendapati bahwa mereka yang berumur lebih panjang lebih kecil kemungkinannya membawa mutasi-mutasi genetik berkaitan dengan penyakit jantung, kolesterol tinggi, obesitas, dan asma.

Dikutip dari UPI pada Rabu (6/9/2017), temuan yang dilaporkan dalam jurnal PLos Biology itu menengarai bahwa manusia masih dipengaruhi oleh seleksi alamiah. Tandanya, mereka yang rentang hidupnya lebih panjang akan lebih berkemungkinan mewarisi gen bebas dari mutasi.

Joseph Pickrel, ahli genetik evolusioner di Columbia University dan New York Genome Center, mengatakan melalui pernyataan, "Memang itu ciri yang tidak kentara (subtle), tapi kami menemukan bukti genetik bahwa seleksi alamiah sedang terjadi dalam populasi manusia modern."

Dua Mutasi Genetik Penanda Berlangsungnya Evolusi

Adanya dua mutasi genetik yang sangat berkorelasi dengan panjang masa hidup menengarai bahwa variasi-variasi gen lainnya telah dibuang dari populasi melalui seleksi alamiah.

Dua mutasi itu adalah gen ApoE4 terkait Alzheimer di kalangan wanita berusia di atas 70 tahun dan penurunan gen CHRNA3 terkait kebiasaan merokok pada pria.

"Itu bisa berarti bahwa pria yang tidak membawa mutasi berbahaya tersebut mampu memiliki lebih banyak keturunan atau bahwa pria dan wanita yang hidup lebih lama bisa membantu cucu mereka sehingga meningkatkan kemungkinan menyintas," demikian menurut Molly Przeworski, seorang ahli biologi evolusioner di Columbia University.

Para peneliti juga mendapai perubahan pada varian-varian genetik terkait dengan kesuburan. Tapi, faktor-faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi pergeseran genom suatu populasi. Pergeseran genom yang dimaksud mungkin tidak bagus untuk masa depan.

Hakhamenesh Mostafavi, seorang mahasiswa pascasarjana di Columbia University, mengatakan, "Lingkungan hidup selalu berubah."

"Suatu ciri yang terkait dengan rentang hidup yang lebih panjang dalam suatu populasi tertentu mungkin tidak bisa lagi bermanfaat bagi generasi mendatang atau bahkan dalam populasi modern sekarang ini."

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.