Sukses

Kelompok Garis Keras Tolak Kunjungan Paus ke Myanmar

Paus Fransiskus direncanakan mengunjungi Myanmar pada November mendatang, tapi kunjungan mendapat tentangan keras dari kelompok ekstremis.

Liputan6.com, Naypyidaw - Paus Fransiskus direncanakan mengunjungi Myanmar pada November ini. Lawatan ke negara tersebut ditujukan untuk meredakan pertikaian antar-agama dan etnis yang terjadi.

Meski belum diumumkan resmi, dari keterangan pejabat Vatikan, lawatan tersebut dilaksanakan pada 27-29 November. Jika benar-benar terjadi, maka pria asal Argentina itu akan menjadi Paus pertama yang menginjakkan kaki di Myanmar.

Vatikan sendiri berencana mengumumkan konfirmasi lawatan itu pada Rabu pekan depan. Saat ini, dikabarkan sejumlah pejabat Vatikan telah tiba di Yangoon untuk menyiapkan beberapa kebutuhan logistik.

Advokat HAM London yang telah menulis beberapa buku mengenai Myanmar, Bendict Rogers, menyambut baik lawatan Paus tersebut.

"Paus, sebagai tokoh dunia dan pemimpin agama, punya potensi untuk menyampaikan hal baik dalam situasi ini," ucap Rogers, seperti dikutip dari New York Times, Selasa (22/8/2017).

Kendati demikian, Rogers tidak yakin, Paus dapat diterima dengan baik di Myanmar.

Rogers beralasan kelompok Buddha garis keras Ma Ba Tha, punya pandangan berbeda. Bisa saja, grup tersebut menganggap Paus sebagai seorang sosok antagonis pro-Rohingya, bukan seorang pembawa damai.

"Ada potensi tindakan negatif yang datang dari kelompok Ma Ba Tha," ucap dia.

Kecemasan Rogers tampaknya jadi kenyataan. Sebab, kelompok Ma Ba Tha telah memberi peringatan terhadap Paus tidak memakai lawatan demi memperjuangkan kelompok Rohingya.

"Etnis Rohingya tidak ada di negara kami. Tapi, Paus percaya mereka berasal dari sini, itu salah," sebut Pemimpin Ma Ba Tha, Ashin Wirathu.

Wirathu menduga lawatan itu bukan membawa damai. Namun, lebih sebagai kunjungan politis.

Semenjak krisis etnis yang melibatkan militer dan etnis muslim Rohingya, Paus Fransiskus terang-terangan menegur Myanmar. Dia mengatakan, pemerintah telah memperlakukan kelompok tersebut secara tak pantas.

"Mereka menderita, disiksa, dan dibunuh hanya karena mereka menjunjung tinggi kepercayaan muslim mereka," ucap Paus.

 

 

Simak video berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.