Sukses

Mengutip Rumor Sejarah Kontroversial, Trump Kutuk Teror Barcelona

Akun @realDonaldTrump mengutuk teror van Barcelona dengan cara yang kontroversial.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengutuk aksi teror di Las Ramblas, Barcelona, Spanyol, yang terjadi pada 17 Agustus 2017. Dalam peristiwa itu, 13 orang tewas dan sekitar 100 lainnya terluka.

Melalui akun Twitter pribadinya, sang presiden ke-45 AS itu turut menuturkan bahwa Negeri Paman Sam siap memberikan bantuan kepada Spanyol. Dia juga mengimbau agar seluruh pihak tegar menghadapi cobaan.

"Amerika Serikat mengutuk serangan teror di Barcelona, Spanyol, dan kami akan melakukan apa pun yang dianggap perlu untuk membantu. Jadilah tegar dan kuat, kami menyayangi kalian!" tutur Donald Trump lewat akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, pada Jumat, 17 Agustus 2017, pukul 23.00 waktu setempat.

(@realDonaldTrump/Twitter)

Akan tetapi, dalam jarak waktu yang berdekatan, akun pribadi sang presiden kembali mengunggah sebuah posting-an tambahan dan memiliki narasi yang bertautan dengan tweet sebelumnya.

"Pelajari apa yang dilakukan oleh Jenderal Pershing dari Amerika Serikat kepada para teroris yang ditangkap. (Karena hal itu) Tidak ada kelompok teror Islam radikal selama 35 tahun!" tulis @realDonaldTrump.

(@realDonaldTrump/Twitter)

Tweet itu seakan ditujukan oleh @realDonaldTrump sebagai kiat untuk mengatasi merebaknya serangan terorisme.

Seperti dikutip dari CNN (18/8/2017), apa yang dituturkan oleh akun @realDonaldTrump merujuk pada rumor yang mencuat kala Perang Amerika-Filipina (1899-1902) antara Amerika Serikat dengan Republik Filipina Pertama.

Bagi Filipina, konflik bersenjata itu adalah salah satu rangkaian perang kemerdekaan dari pendudukan AS.

Rumor menyebut bahwa Jenderal John J Pershing diduga mempraktikkan "ritual khusus" kala mengeksekusi 50 pejuang muslim Filipina yang menjadi tawanan perang tentara AS dalam Perang Amerika-Filipina.

Menurut riwayat, sang jenderal memerintahkan para eksekutor untuk mengoleskan setiap butir peluru dengan darah babi, sebelum digunakan untuk mengeksekusi 50 pejuang muslim Filipina. Babi adalah binatang haram bagi pemeluk Islam.

Eksekusi terhadap 49 tawanan perang dilaksanakan. Rumor juga menyebut bahwa jenazah kemudian dikubur di dalam liang yang telah diisi bangkai babi.

Terkecuali satu orang yang dibiarkan hidup untuk menjadi saksi. Satu orang yang hidup itu kemudian diperintahkan untuk kembali dan mengabarkan peristiwa itu ke komunitasnya, untuk menggentarkan militan muslim lain.

Rumor itu diceritakan oleh Donald Trump di depan para pendukungnya pada kampanye Februari 2016 beberapa bulan menjelang Pilpres AS yang jatuh pada November tahun yang sama.

Kisah Trump pada Februari 2016 itu dianggap sebagai rumor. Menurut laman elektronik pencari fakta Snopes.com, cerita itu merupakan isapan jempol karena tidak ada bukti yang mendukung hal tersebut.

Sementara itu, laman pencari fakta lain, Politifact, turut menyebut bahwa apa yang diceritakan oleh Trump adalah kisah palsu.

Meski begitu, dalam autobiografi memoar perangnya yang berjudul My Life Before the World War, 1860-1917, Jenderal Pershing mengklaim bahwa ada seorang perwira AS yang mengubur setidaknya satu orang muslim di dalam liang lahat yang berisi bangkai babi pada Perang Amerika-Filipina.

Akan tetapi, menurut Politifact, hal itu tidak dapat dijadikan landasan fakta atas kisah yang diceritakan oleh Trump Februari 2016.

Dan, lanjut Politifact, benar-tidaknya rumor itu tidak dapat dijadikan justifikasi sebagai landasan kebijakan suatu pemerintah untuk memerangi terorisme, baik secara harfiah atau kiasan semata.

Hingga kini, pihak Gedung Putih belum memberikan komentar atau mengelaborasi lebih lanjut kicauan Trump tersebut.

 

Saksikan juga video berikut ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.