Sukses

Jadi Sasaran Sensor di China, Apa Salah Winnie the Pooh?

Saat Presiden Xi Jinping dibanding-bandingkan dengan Winnie the Pooh, aturan sensor yang ketat di China pun bertindak.

Liputan6.com, Beijing - Lahir pada 1926, Winnie the Pooh adalah salah satu karakter beruang fiksi paling terkenal di dunia. Meski sedikit lamban, ia adalah sosok baik hati.

Winnie the Pooh juga sosok bersahabat. Ia dekat dengan Piglet si babi kecil, Tiger si macan, Rabbit si kelinci, Kanga si kanguru, dan Eeyore si keledai. Hanya Robin temannya yang berujud manusia. Oleh karenanya, pada 1997, PBB menetapkan beruang penggemar madu itu sebagai World's Ambassador of Friendship.

Namun belakangan, Winnie the Pooh tak disukai badan sensor China. 

Selama akhir pekan lalu, badan sensor pemerintah China dikabarkan menghapus Winnie the Pooh dari GIF (Graphics Interchange Format) animasi dan sejumlah posting-an di media sosial Sina Weibo dan aplikasi WeChat.

Seperti dikutip dari The Guardian, Senin (17/7/2017), posting-an yang menggunakan gambar beruang itu dan juga karakter Mandarin Winnie the Pooh masih diizinkan di media sosial Weibo pada Senin, 17 Juli 2017.

Namun, komentar tentang Little Bear Winnie--nama Winnie the Pooh versi Tiongkok--akan dibalas pesan yang mengatakan "konten tersebut ilegal". 

Stiker-stiker Winnie the Pooh juga telah dihapus dari galeri resmi WeChat, tapi GIF yang datang dari pengguna masih tersedia. 

Sementara itu, Financial Times melaporkan, baik pemerintah China maupun pihak penyedia platform internet belum memberikan komentar apa pun terkait kabar tersebut.

Namun, sejumlah pengamat menilai tindakan keras itu untuk merespons beredarnya meme internet yang menyamakan Presiden China Xi Jinping dengan Winnie the Pooh, tokoh kartun beruang yang lamban tapi baik hati karya A.A. Milne.

Kemunculan meme tersebut berawal dari 2013, ketika foto Presiden Xi Jinping dan Barack Obama disandingkan dengan gambar Winnie dan rekannya Tiger yang berjalan bersisian.

Meme Presiden China dan Barack Obama pada 2013 (Weibo)

Tak hanya itu, pada tahun berikutnya giliran foto Presiden Cina bersama Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang disamakan dengan gambar Winnie dan Eeyore si keledai.

Menurut Global Risk Insights, gambar Presiden Xi berdiri di atap mobil disamakan dengan mainan anak-anak bertema Winnie the Pooh menjadi gambar paling disensor pada 2015.

Meme tersebut bahkan memicu pemerintah China menambahkan kata "Winnie the Pooh" dalam daftar hitam pencarian internet.

Partai Komunis yang berkuasa di China sangat sensitif terhadap penggambaran lucu dari pemimpinnya, terutama jelang kongres partai yang dianggap menentukan tahun ini.

Pada Senin ini, sejumlah pengguna media sosial di China menguji sejauh mana pembatasan pada sosok beruang yang sering berkata, "oh, bother" ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya.

"Kasihan Winnie kecil," tulis seorang pengguna Weibo soal nasib Winnie the Pooh. "Apa yang dilakukan beruang penyuka madu menggemaskan ini hingga dianggap memprovokasi?"

Saksikan juga video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dilarang karena 'Tak Pakai Celana'

Tak hanya China, Winnie the Pooh juga pernah dipermasalahkan. Namun, kali itu bukan soal dianggap menghina pemimpin.

Pada 2014, sejumlah anggota Dewan Kota Tuszyn di Polandia mengeluarkan larangan terhadap Winnie the Pooh. Larangan ini terkait rencana kota tersebut untuk memasang maskot taman anak.

Sebelumnya ada usulan untuk menjadikan Winnie the Pooh sebagai maskot. Namun sejumlah anggota Dewan melarangnya dengan alasan tak layak untuk anak-anak.

Sejumlah anggota dewan melarang kartun Winnie the Pooh dengan alasan tak layak untuk anak-anak.

 

Menurut legislator Ryszard Cichy, larangan itu dilontarkan lantaran kelamin Winnie the Pooh tak jelas. Apalagi tokoh kartun tersebut tampil dengan tanpa mengenakan celana.

"Tokoh kartun ini setengah telanjang yang jelas tidak pantas untuk anak-anak," ujar Ryszard, seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail.

"Kita berpakaian dari kepala sampai kaki, tidak seperti Pooh yang pakaiannya dari pinggang ke atas," ucap dia.

Sementara, anggota Dewan lainnya, Hanna Jachimska mengkritik penulis sekaligus pencipta tokoh Winnie the Pooh, Alan Alexander Milne. Menurut dia, sang kreator tak pernah berpikir karyanya itu bakal "mengganggu".

"Ini jelas sangat mengganggu. Bayangkan tokoh itu, kelaminnya seolah-olah dipotong," kata Hanna.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.