Sukses

Kasih Sayang Tanpa Syarat Ibu pada Putranya yang Pencandu Ganja

Seorang ibu asal Australia mencurahkan perhatian pada putranya, seorang pencandu ganja yang kini menjadi tunawisma.

Liputan6.com, Melbourne - Terkadang, sebuah foto yang tampak sederhana ternyata menyimpan makna yang begitu dalam. Begitu pula sebuah potret satu ini yang tengah menjadi buah bibir di Australia.

Pada foto yang dipublikasi di sampul depan koran Herald Sun Australia itu, Leanne Thompson, seorang ibu, berdiri sambil memandang anak laki-lakinya yang tertidur tak jauh dari kakinya. Uniknya, pemandangan itu berlokasi di pinggir jalan Melbourne, Australia.

Foto Leanne yang sedang memandang anaknya -- yang diketahui seorang pencandu narkotika akut-- itu menggambarkan fenomena adiksi napza (narkoba, psikotropika dan zat adiktif) yang menjadi momok bagi masyarakat Australia. Demikian seperti yang diwartakan dari News.com.au, Senin (10/7/2017).

Menurut Leanne, dalam waktu singkat, Daniel yang pernah merasakan pendidikan dan hidup dengan segala kelebihan, kini tinggal di jalanan di sebuah distrik bisnis di Melbourne.

Akibat kecanduan napza, Daniel telah menggelandang di jalan selama empat bulan terakhir, melakukan berbagai perilaku melanggar hukum, serta sempat mengalami gejala psikotik episodik.

Menggelandang di jalan, hanya ada satu tujuan utama dari pemuda itu, yakni mencari uang untuk membeli narkotika jenis mariyuana sintetis, candu untuk Daniel.

Setiap minggu bersama dengan sang suami, Leanne bepergian dari kediamannya di Brisbane ke Melbourne, hanya untuk memastikan keamanan dan kesehatan mental anaknya, Daniel, yang kini juga tidur serta tinggal di pinggir jalan.

Karena sering berkunjung ke jalanan Melbourne, Leanne bahkan banyak mengingat nama para tunawisma yang biasa beraktivitas bersama dengan Daniel. Para tunawisma itu mendukung misi sang ibu untuk menyelamatkan anaknya.

Namun tampaknya, Daniel tak mengindahkan peluh sang ibu. Leanne merasa bahwa anak laki-lakinya itu tidak menghargai usaha yang dilakukan oleh keluarganya.

"Ketika orang kecanduan, mereka kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan yang benar demi kesejahteraan diri sendiri," ujar Leanne.

"Saya berpikir bahwa ia merasa tidak memiliki masalah. Ia hanya melihat kami sebagai fitur otoritas. Kami, orangtua, hanya ingin memastikan kebaikan anak-anaknya," ucap sang ibu.

Kasus itu menarik perhatian Menteri Keluarga dan Anak-Anak Australia, Jenny Mikakos. Kepada media lokal, Mikakos mengatakan bahwa psikiater telah memeriksa kondisi psikologis Daniel.

Tak hanya itu, kelompok gereja, Salvation Army Australia, turut mengupayakan bantuan serupa.

"Kami sudah berbicara dengan Daniel dan mengatakan kepadanya bahwa kami bisa mengantarkannya ke akomodasi yang lebih baik. Agar ia tidak perlu hidup di jalan. Namun, Daniel hingga kini belum merespons tawaran tersebut," kata Brendan Nottle, anggota Salvation Army Australia.

Karena Daniel enggan untuk hidup di akomodasi yang lebih, Leanne sewaktu-waktu menyempatkan diri untuk tidur di jalan bersama dengan anaknya.

"Saya tidak bisa melakukannya setiap malam, tapi terkadang ketika saya sangat khawatir dengan keadaannya. Saya harus melakukan itu," jelas Leanne.

Kepada media lokal, Leanne mengatakan bahwa meskipun anaknya kerap menolak, serta kurangnya dukungan dari pemerintah, dia masih merasa ada harapan untuk menyelamatkan Daniel.

"Ganja sintetis ini, yang legal di Victoria, merupakan hal buruk bagi manusia. Pemerintah tidak melakukan apa-apa untuk menangani permasalahan napza yang justru dilegalkan itu," ujarnya.

Leanne mendesak pemerintah untuk mengenalkan program pengobatan ketergantungan narkoba kepada para pecandu dengan unsur paksaan. Program itu ditujukan agar para pecandu yang menggelandang, dapat ditarik dari jalan-jalan Australia, untuk memperoleh pengobatan.

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.