Sukses

Helikopter Militer Rusia Ini Bertransformasi Jadi Limosin Mewah

Kamov Ka-62 pertama kali terbang saat pameran HeliRusia. Penerbangan itu mengagetkan banyak pihak karena benar-benar dapat diselesaikan.

Liputan6.com, Moskow - Helikopter tempur milik Rusia tipe Ka-60 telah berubah menjadi Ka-62, alat angkut yang eksklusif untuk pejabat negara dan pebisnis kaya.

Seorang pakar mengatakan, helikopter ini dapat berkompetisi di pasar internasional dengan kendaraan serupa buatan Italia.

Dikutip dari laman RBTH, Minggu (9/7/2017), helikopter multifungsi Kamov Ka-62 pertama kali terbang saat pameran HeliRusia pada Mei 2017.

Penerbangan itu mengagetkan banyak pihak karena telah dikembangkan selama lebih dari 20 tahun dan sedikit pakar yang memprediksi ia akan benar-benar dapat diselesaikan.

"Helikopter itu awalnya dimaksudkan untuk keperluan militer," ujar Kolonel Jenderal Leonid Ivashov, pensiunan militer yang kini menjabat sebagai Presiden Pusat Analisis Geopolitik Internasional.

"Dulu, helikopter itu dikenal sebagai Ka-60 Kasatka (Paus Pembunuh). Jenis terbarunya saat ini adalah helikopter sipil, yang dijual di pasar untuk bersaing dengan AgustaWestland AW139, helikopter jenis serupa dari Italia yang sangat populer. Helikopter Italia ini sedang dalam produksi massal yang dimana pelanggannya termasuk badan-badan pemerintah serta perusahaan minyak dan gas di seluruh dunia," tambahnya.

Pendahulu Ka-62

Satu-satunya kesamaan Ka-62 dengan proyek militernya terdahulu adalah kerangka pesawat atau struktur mekanis. Hal ini dimaksudkan untuk mengawasi pertempuran dengan helikopter serang Ka-50 Black Shark (Hiu Hitam).

"Ka-60 dibuat untuk membawa sistem data taktis, perlengkapan intelijen elektronik optik, serta cadangan sistem elektronik," ujar Ivashov.

"Helikopter itu awalnya akan menjadi otak dari sistem kontrol dan komando terintegrasi. Namun hal ini tak pernah terjadi," tambahnya.

Foto rancangan awal Ka-62 tahun 1993 (Sumber: Vladimir Matviyevsky/TASS)

Pertama-tama, militer Rusia menyerah dengan ide Ka-50. Alasannya, sistem pilot tunggal akan membuatnya mustahil untuk mendeteksi dan menempel target saat sedang terbang dengan sangat cepat atau sangat pelan. Hal ini kemudian membuat militer Rusia merasa tidak perlu memiliki helikopter khusus komando.

Nasib buruk Ka-50 tidak mematahkan semangat kepala perancangnya, Sergey Mikheyev. Ia kemudian mengembangkan dua varian Ka-52 berbeda untuk tentara Rusia. Satu untuk angkatan darat, satu untuk angkatan laut.

Helikopter yang sudah dirancang khusus untuk angkatan laut itu, bernama Katran, membawa dua tipe misil jelajah yang kuat.

Kh-35 dan Kh-31, yang dapat menangkis sistem misil darat ke udara MIM-104A Patriot milik AS. Hingga baru-baru ini, hanya jet tempur berbasis kapal induk Sukhoi Su-33 dan MiG-29KUBR yang dapat menggunakan senjata ini.

Kasatka Versi Modern

Mikheyev kemudian membuang semua aspek-aspek militer di Ka-60 dan berfokus menciptakan sebuah helikopter sipil.

"Perbedaan utama terletak di mesinnya. Tadinya helikopter ini menggunakan generator buatan Rusia, dan sekarang diubah dengan mesin Turbomeca Ardiden 3g dengan sistem kontrol digital FADEC," kata Vadim Kozyulin, profesor di Akademi Ilmu Militer.

"FADEC mengurangi beban kerja pilot dan menghemat bensin. Mesin baru ini meningkatkan performa operasional dan kecepatan helikopter," tambahnya.

Kozyulin mengatakan bahwa Ka-62 memiliki kemampuan menanjak (290 kilometer per jam) dan kecepatan maksimum (308 kilometer per jam) yang lebih cepat dibanding unit serupa dari Barat. Ia juga memiliki rotor yang sepenuhnya komposit.

"Materi komposit yang kuat dan ringan adalah 60 persen dari struktur Ka-62. Ini adalah rasio yang sangat tinggi untuk helikopter modern," ujar Kozyulin.

Kursi di kabinnya mampu menampung 15 penumpang. Helikopter tersebut juga dapat diubah menjadi ambulans udara, transportasi, atau untuk transportasi VIP. Fungsinya transportasi VIP ini dapat berguna bagi pejabat senior dan direktur, dan dianggap sebagai versi terbaik dari helikopter tersebut. Namun begitu, ia akan dibandingkan dengan AW139 yang saat ini sudah beredar di pasar.

Pro dan Kontra

Pakar membandingkan Ka-62 dengan proyek aviasi Rusia lainnya, Sukhoi Superjet 100, yang merupakan regional airliner (pesawat kecil dengan kapasitas hingga 100 penumpang untuk penerbangan jarak dekat). Keduanya menggunakan banyak komponen buatan asing.

"Melihat situasi saat ini di Rusia, ini hal yang baik dan buruk," kata Kozyulin.

"Di satu sisi, produksi Ka-62 sangat tergantung pada situasi politik dan kemungkinan sanksi. Di sisi lain, ia akan mudah mendapat sertifikasi internasional dan masuk ke pasar global," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.