Sukses

Suhu Panas Ekstrem, Puluhan Penerbangan di AS Batal Terbang

American Airlines menjadi salah satu maskapai yang membatalkan penerbangannya di Phoenix Arizona.

Liputan6.com, Phoenix - Akibat suhu ekstrem yang melanda kawasan Phoenix Arizona, sekitar 40 jadwal keberangkatan telah dibatalkan oleh maskapai penerbangan. Suhu panas yang bisa mencapai 49 derajat Celcius tersebut dikhawatirkan dapat mengancam keselamatan penumpang saat lepas landas.

Dikutip dari laman BBC, Rabu (21/6/2017) salah satu maskapai penerbangan yang menunda jadwalnya adalah American Airlines. Perusahaan pesawat milik Amerika Serikat itu mengumumkan jadwal baru di bandara Sky Harbor karena suhu panas ekstrem.

Kantor berita setempat mengatakan, pembatalan keberangkatan sebagian besar berdampak pada penerbangan regional. Salah satunya pesawat Bombardier CRJ yang hanya dapat lepas landas pada suhu temperatur maksimum 48 derajat Celsius.

Suhu panas yang melanda kawasan ini sebelumnya pernah terjadi. Sejarah mencatat, suhu panas yang terjadi di Phoenix pernah mencapai 50 derajat Celsius pada tanggal 26 Juni 1990.

Pihak maskapai penerbangan mengeluarkan kebijakan larangan terbang antara pukul 15.00 hingga 18.00 waktu setempat.

Alasan Larangan Terbang pada Suhu Tinggi

Dalam kondisi suhu yang sangat panas, udara memiliki dentitas (massa jenis) yang jauh lebih rendah.  Massa jenis yang rendah inilah yang akan berdampak pada daya angkat sayap pesawat yang menjadi kunci dari aeronautika.

Aeronautika adalah ilmu tentang pengkajian, perancangan, dan pembuatan mesin-mesin berkemampuan terbang atau teknik-teknik pengoperasian pesawat terbang dan roket di atmosfer.

Pada kondisi tersebut, sebuah mesin pesawat memerlukan tenaga dorong yang lebih agar pesawat dapat terangkat seperti sedia kala.

Dilansir dari ABC News, pakar penerbangan Robert Mann mengatakan bahwa udara panas dapat menyebabkan penurunan performa mesin terutama saat lepas landas.

"Karena suhu lingkungan meningkat drastis, dalam hal ini terjadi di Phoenix Arizona, maka performa mesin akan menurun. Terlebih jumlah muatan penumpang juga mempengaruhi kondisi ini," ujar Robert Mann.

"Untuk itu, sebuah pesawat harus mengurangi jumlah muatan penumpang atau kargo yang dibawa. Selain itu pesawat yang tetap terbang dalam kondisi suhu panas dapat mempengaruhi jumlah pemakaian bahan bakar. Dengan kata lain, akan terjadi pemborosan bahan bakar," tambahnya.

Sama halnya dengan laporan yang ditulis oleh International Civil Aviation Organization (ICOA) pada tahun 2016 yang menyatakan, suhu panas akibat perubahan iklim dapat berdampak parah saat lepas landas.

Maka dari itu ICOA menyebut, banyak negara-negara di kawasan Timur Tengah dan sebagian bandara yang terletak di Amerika Selatan menunda jadwal penerbangan jarak jauhnya pada malam hari karena suhu yang lebih dingin.

Beda halnya dengan pesawat besar dengan tipe Boeing 747 dan Airbus yang dapat terbang dengan suhu tinggi. Maka jenis pesawat seperti ini tak terganggu dengan kondisi udara di Phoenix.

Tak hanya di Phoenix, suhu udara ekstrim juga diprediksi akan terjadi di wilayah Furnace Creek, Death Valley California yang bisa mencapai 50 derajat Celsius.

Untuk itu The The Death Valley National Parks mengeluarkan larangan kepada para wisatawan yang ingin berkunjung ke wilayah tersebut.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.