Sukses

Hanya Janda yang Tersisa...Ini Pengakuan 5 Korban Selamat Titanic

Berikut kisah tragis yang menggambarkan peristiwa mencekam yang dialami Titanic pada 1912 oleh 5 korban selamat.

Liputan6.com, London - Sebelum berlayar, Titanic dielu-elukan menjadi kapal terbesar, termewah, dan tercanggih pada masanya. Tak ada seorang pun yang menduga bahtera itu bakal tenggelam pada pelayaran perdananya.

Namun, itulah yang terjadi pada 15 April 1912. Malam sebelumnya, Titanic menabrak gunung es, memicu lubang di kapal. Ukurannya terlalu besar untuk diperbaiki, sehingga air dengan mudah mengalir ke dek bawah. 

Kapal pun oleng di tengah Laut Atlantik yang beku. Panik menyusul kemudian, apalagi belakangan disadari, jumlah sekoci yang tersedia tak sanggup menampung awak dan penumpang yang jumlahnya mencapai 2.200 orang.

Awak kapal Titanic bahkan sempat menutup pintu kelas tiga, sehingga penumpang di sana tak dapat keluar.

Ketika kapal benar-benar tenggelam, hanya 700 orang dari 2.200 penumpang yang selamat. Banyak di antara korban selamat adalah perempuan dan anak-anak -- mereka yang diprioritaskan untuk naik sekoci.

Banyak korban selamat memutuskan untuk tak menceritakan atas apa yang dialaminya karena ingin mengubur rasa trauma. Namun, korban lainnya memilih angkat bicara.

Dikutip dari The Richest, Senin (15/5/2017), berikut kisah tragis dari kesaksian lima korban selamat Titanic.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Hanya Janda yang Tersisa...

Jack Thayer (Wikipedia/Public Domain)

Jack Thayer saat itu berusia 17 tahun ketika berlayar menggunakan Titanic di kelas utama dengan orangtuanya.

Jack terpisah dengan orangtuanya dalam kepanikan saat Titanic menabrak gunung es, dan ia bertemu seorang teman bernama Milton Long.

Ia dan Milton kemudian lompat dari pagar, sesaat sebelum kapal tenggelam. Saat itu Jack tak pernah melihat Milton lagi, namun dirinya sangat beruntung.

Hanya 40 orang yang lompat ke laut yang diselamatkan, dan Jack adalah salah satunya setelah mendekati sebuah sekoci yang terbalik.

Orang-orang yang menemukannya menariknya ke atas. "Perjalanan kembali ke New York adalah salah satu kesengsaraan yang besar," tulis Jack "Sepertinya tidak ada apa pun kecuali janda, masing-masing berkabung karena kehilangan suaminya. Ini adalah pemandangan yang paling menyedihkan."

Saat berusia 50 tahun, yakni usia yang sama saat ayahnya meninggal dalam insiden Titanic -- Jack kehilangan ibunya dan anaknya pada tahun yang sama. Akhirnya, ia memutuskan bunuh diri.

3 dari 6 halaman

2. Ibu yang Kehilangan 2 Putranya

Titanic (Wikimedia Commons)

Rhoda Abbott berlayar bersama dua anak laki-lakinya, Rossmore (16) dan Eugene (13), untuk kembali ke rumahnya di AS. Saat insiden Titanic terjadi, Rhoda ditawari sebuah tempat di Collapsible C, tapi putranya yang remaja terlalu tua untuk disebut anak-anak -- sehingga ia memilih untuk tetap bersama mereka.

Meski Rhoda berhasil masuk ke perahu lain, Collapsible A, ia menjadi satu-satunya perempuan di sana. Pasalnya, kedua putranya tak berhasil meraih kapal kedua.

Rhoda yang berhasil selamat, tidak pernah pulih dari tragedi malam itu. Ia meninggal seorang diri dalam kemiskinan pada 1946.

Kekayaannya juga tak pernah kembali setelah sembuh dari luka-luka yang dideritanya ketika melompat.

4 dari 6 halaman

3. Kisah Heroik Pengorbanan Diri

Penumpang Titanic yang selamat berada di dalam sekoci (National Archive)

Caroline Brow adalah salah satu penumpang Titanic yang selamat -- meski faktanya ia sempat sangat dekat maut. Perahu terakhir yang meninggalkan Titanic dikenal dengan Collapsible D.

Saat itu tiba giliran Edith Evans (36) naik ke Collapsible D setelah sebelumnya harus mengantre. Namun, Edith justru mendorong Caroline yang ada di belakangnya dengan mengatakan, "Kamu pergi dahulu. Kamu memiliki anak-anak yang menunggu di rumah."

Sayangnya Edith tidak selamat dalam tragedi Titanic. Caroline pun merasa sangat berterima kasih terhadap apa yang telah dilakukan Edith.

"Itu merupakan pengorbanan yang heroik, dan sepanjang aku hidup, aku mengingatnya sebagai penjagaku, yang memilih untuk mati sehingga aku dapat hidup," kata Caroline.

Meski banyak orang-orang menjadi pengecut pada malam itu, Edith menunjukkan ia adalah sosok yang pemberani.

5 dari 6 halaman

4. Orang-Orang Harus Ditembak

Korban selamat kapal Titanic menggunakan sekoci menuju Carpathia (Library of Congress)

Dr Washington Dodge merupakan seorang pria dari San Francisco dengan reputasi profesional yang mumpuni.

Setelah selamat dari Titanic, Dodge memiliki banyak informasi untuk dilaporkan kepada media.

Ia mengatakan bahwa kru berkata kapal tersebut dalam kondisi baik-baik saja setelah menabrak gunung es dan meminta semua orang tenang. Kemudian, enam atau tujuh sekoci diturunkan, kekacauan pun lantas terjadi.

"Beberapa penumpang bertengkar hebat demi bisa naik ke sekoci sehingga petugas harus mengeluarkan tembakan. Jasad-jasad orang yang diterjang peluru jatuh ke laut," kata Dodge.

Ia juga salah satu saksi mata yang menyaksikan pasangan Isidor Strauss tak mau meninggalkan satu sama lain dan memilih untuk mati bersama.

Dodge diselamatkan oleh kapal ke-13 yang berisi 20 hingga 30 anak-anak dan perempuan.

6 dari 6 halaman

5. Selamat Berkat Tersapu Gelombang

Archibald Gracie (Wikipedia/Public Domain)

Salah seorang pria yang menulis sebuah buku tentang pengalamannya dapat bertahan hidup dari tragedi Titanic.

Saat gelombang besar menyapu Titanic sesaat sebelum kapal itu benar-benar tenggelam, Archibald Gracie adalah satu-satunya orang yang ada di dek.

"Aku tersapu gelombang," ujar Archibald. "Dengan sebuah keuntungan besar, aku berhasil menangkap pagar di geladak atas dan aku bertahan dengan mengerahkan kekuatan terbesarku."

"Ketika kapal rebah ke laut, saya terpaksa melepaskan pegangan, aku berputar-putar, dalam momentum yang aku ingat sebagai saat yang tak berkesudahan," kata Archibald.

Ia kemudian menemukan pelampung yang mengambang di atas. "Saat fajar menyingsing, ada 30 orang di atas rakit, berdiri dengan lutut berada di air sedingin es dan takut bergerak agar kapal tak terbalik," ujar Archibald.

"Beberapa orang yang malang, membeku dan hanya setengah hidup, meminta kami menyelamatkan mereka...tapi kami meminta mereka pergi. Jika kita berusaha menyelamatkan mereka, kita semua pasti akan binasa," imbuh dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.