Sukses

Donald Trump Pecat Kepala Pelayan Gedung Putih Warisan Obama

Wanita yang dipecat Trump bertugas 24 jam sehari, mengurus kebutuhan keluarga Presiden AS dan mengawasi staf Gedung Putih.

Liputan6.com, Washington, D.C - Pemerintahan Presiden AS, Donald Trump, kembali mengambil langkah yang membuat warganya bertanya-tanya.

Ia memecat usher atau kepala penjamu Gedung Putih-- wanita pertama dan orang Afro-Amerika kedua yang memegang posisi non-partisan.

Menurut laporan Washington Post, berita pemecatan Angella Reid diberitahukan kepada staf Gedung Putih pada Jumat, 5 Mei 2017 pagi waktu setempat. Namun demikian, tak ada penjelasan lebih rinci terkait hal tersebut.

Angella Reid ditunjuk oleh Presiden AS sebelumnya, Barack Obama. Ia mengemban tugas sebagai kepala pelayan sejak 2011. 

"Kami sangat berterima kasih atas pengabdiannya dan mendoakan yang terbaik untuknya," demikian konfirmasi seorang pejabat Gedung Putih yang menolak memberikan rincian pemecatan itu, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (6/5/2017).

Reid merupakan staf ketiga di bagian pelayanan yang "ditendang" dari Gedung Putih dalam kurun waktu lebih dari satu abad. Sebelumnya, Hillary Clinton memecat seorang kepala bagian itu atas tuduhan tak setia.

Para penjamu tamu di Gedung Putih bertugas 24 jam sehari. Mereka mengurus kebutuhan keluarga Presiden AS dan mengawasi staf, termasuk koki, toko bunga, pelayan, pelayan, koki, tukang kayu dan pekerja lain yang mengurus kediaman orang nomor satu di AS itu.

Kepala para penjamu tamu itu bekerja untuk Presiden AS dan keluarganya.

Peninggalan Obama

Angella Reid menggantikan mantan kepala penjamu tamu Afika-Amerika pertama, Stephen Rochon, yang pindah ke Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Para penjamu tamu umumnya bekerja di Gedung Putih dalam jangka waktu lama. Sejak 1900, baru ada sembilan usher di sana.

Reid diyakini orang ketiga yang dipecat dari pekerjaan itu.

Yang terakhir dipecat adalah Chris Emery. Ia melayani Bill dan Hillary Clinton pada Maret 1994. Pasangan itu mengetahui karyawan kepercayaannya berbicara di telepon dengan mantan ibu negara Barbara Bush.

Seorang juru bicara Hillary Clinton mengatakan pada saat itu bahwa dia dan suaminya "tidak nyaman" dengan Emery, karena memberitahu "kurangnya kebijaksanaan" mereka melalui telepon.

Emery yang dipekerjakan oleh Presiden Ronald Reagan pada 1987 mengaku berbicara dengan Nyonya Bush, setelah dipanggil untuk membantu memperbaiki masalah pada komputernya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.