Sukses

Pemimpin Tertinggi Iran Kutuk Serangan AS ke Suriah

Pimpinan Tertinggi Iran sebut serangan AS ke Suriah sebagai sebuah 'kesalahan strategis'

Liputan6.com, Teheran - Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa serangan misil AS ke bandar udara Shayrat di Provinsi Homs merupakan kesalahan strategis yang tipikal dilakukan oleh Negeri Paman Sam.

"Apa yang Amerika lakukan merupakan sebuah kesalahan strategis, dan mereka melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan para pendahulunya," kata sang Pemimpin Tertinggi saat pertemuan dengan perwira tinggi senior Angkatan Bersenjata Iran di Teheran, seperti yang dikutip Fars News Agency, Minggu, (10/4/2017).

Khamenei juga menyayangkan intervensi AS karena telah mendukung kelompok teroris di Suriah. Ulama tertinggi Iran itu juga menyalahkan Washington karena bentuk intervensi Negeri Paman Sam di Timur-Tengah telah menyuburkan bibit-bibit terorisme, seperti ISIS dan kelompok serupa.

Pria berusia 77 tahun itu juga terus mengingatkan pemerintahan Donald Trump untuk tidak melakukan hal serupa seperti Eropa yang memperkuat kelompok muslim konservatif. Sebuah langkah yang justru meningkatkan instabilitas keamanan di Benua Biru.

Anak dari Ruhollah Khamenei itu juga menyangkal tuduhan Negara Barat yang menuding koalisi Suriah--seperti Iran--sebagai dalang serangan senjata kimia di Idlib. Pemimpin Tertinggi Iran ke-2 itu berpendapat bahwa agresi dan serangan mendadak merupakan hal tipikal yang sering dilakukan AS.

"Republik Iran telah menunjukkan tak akan mundur hanya karena sebuah pengaruh yang irelevan dan salah. Kami tak akan mundur ketika diancam," tegas Khamenei yang menjelaskan Iran tak gentar dengan desakan AS.

Terjadi rangkaian situasi menegangkan di Suriah pada minggu pertama bulan April 2017. Peristiwa pertama dimulai dari serangan senjata kimia di Idlib yang menimbulkan ratusan korban. Sementara itu, AS merespon peristiwa Idlib dengan serangan senjata misil Tomahawk ke bandara militer Shayrat. 

Rusia mendeskripsikan serangan yang dilakukan AS ke Suriah sebagai bentuk agresi terhadap negara yang berdaulat. Kremlin merespon serangan AS ke Suriah dengan menunda penandatanganan nota kesepahaman dengan AS tentang keamanan udara di Suriah, seperti yang diinformasikan oleh Kementerian Luar Negeri AS. 

Rudal Tomahawk ditembakkan kapal perang AS yang ada di Laut Mediterania,menyasar pangkalan udara Suriah, Jumat (7/4). Serangan ini dilakukan AS menyusul serangan senjata kimia yang menewaskan puluhan warga sipil oleh pemerintah Suriah. (U.S. Navy via AP)

Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Jenderal Mohammad Hossein Baqeri melakukan komunikasi lewat telepon dengan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Suriah Jenderal Ali Ayyoub.

Kedua jenderal tersebut mengutuk serangan yang dilakukan AS karena telah melanggar seperangkat hukum internasional dan melanggar kedaulatan negara Suriah sebagai sebuah negara merdeka.

Jenderal Baqeri juga mencurigai bahwa serangan di Idlib merupakan sebuah plot jahat yang dilakukan oleh negara lain sebagai alasan untuk menyerang Suriah. Sang jenderal mendesak agar penyelidikan imparsial dan independen segera dilakukan untuk mengusut dalang d balik serangan Idlib. 

Kepala Staf Tentara Iran itu juga menegaskan dukungannya terhadap Suriah dan al-Assad. 

"Iran dan Angkatan Bersenjata Iran terus mendukung pemerintah dalam melawan kelompok teroris yang didukung oleh negara congkak (AS dan Barat)...dan memastikan kemenangan Suriah terhadap kelompok itu," tambah sang jenderal.

Vasilevich Gerasinov, Kastaf Angkatan Bersenjata Rusia turut mengungkapkan hal yang sama sepert Baqeri dan Hossein. Ia berpendapat bahwa Rusia tidak akan mengentikan intervensinya di Suriah.

"Perang melawan kelompok teror akan terus berlangsung. Sedangkan untuk serangan kimia, kami mendukung penyelidikan oleh lembaga independen untuk menemukan siapa di baliknya," ujar Gerasinov.

Selain itu, sejumlah pejabat resmi dari Iran, seperti Presiden Rouhani dan Dewan Keamanan Iran Ali Shamkhani, telah menghubungi sejumlah petinggi Kremlin untuk merespon serangan AS.

Dan, pusat operasi militer gabungan Suriah-Iran-Rusia menyatakan agar menindak tegas apabila ada serangan AS lanjutan di kemudian hari. 

"Kami akan tindak tegas dan mencegah setiap bentuk agresi AS," seperti yang tertulis pada pernyataan pusat operasi militer gabungan Suriah-Iran-Rusia.

Anak-anak Suriah mendapatkan perawatan setelah diduga terkena serangan gas beracun di Kota Khan Sheikhun, yang berada di wilayah tengah Provinsi Idlib, Selasa (4/4). Akibatnya, sedikitnya 35 orang tewas, termasuk beberapa anak. (Mohamed al-Bakour/AFP)

Sedangkan untuk serangan di Idlib, pusat operasi militer gabungan Suriah-Iran-Rusia menyatakan bahwa peristiwa itu didalangi oleh negara lain yang ingin memanfaatkannya untuk menyerang Suriah.

"Kami yakin peristiwa di Idlib diplot oleh negara lain untuk preteks menyerang Suriah," tutup salah satu atase militer gabungan koalisi Suriah-Iran-Rusia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.