Sukses

Horor 6 Serangan Gas Beracun Pencabut Nyawa

Berikut ini enam tragedi horor serangan gas kimia beracun yang pernah terjadi di dunia. Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan udara menggunakan gas kimia beracun yang baru-baru ini melanda Suriah menggemparkan dunia.

Serangan senjata kimia itu terjadi di kota Khan Sheikhun yang dikuasai pemberontak. Tragedi ini bukanlah yang pertama bagi Suriah. Sebelumnya, pada 2013, kejadian serupa menelan korban 1.429 warga -- 426 di antaranya anak-anak.

Gas kimia ke 12 daerah suburban Damaskus tersebut juga melukai setidaknya 2.200 warga.

Serangan menggunakan gas beracun itu memicu banyak orang tersedak atau pingsan, bahkan beberapa mengeluarkan busa dari mulut. Menurut kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk HAM yang mengutip sumber-sumber medis, gejala di atas menggambarkan serangan bermuatan gas. Demikian seperti dilansir Al Jazeera, Selasa 4 April 2017.

Begitu beracunnya gas tersebut, mereka yang terpapar gas kimia beracun baik sarin, klorin, atau mustard sulit menyelamatkan diri dan kehilangan nyawa.

Berikut ini enam tragedi horor serangan gas beracun yang pernah terjadi di dunia. Liputan6.com kutip dari berbagai sumber, Senin (10/4/2017).

1. Suriah

Serangan senjata kimia terbaru terjadi pada Selasa, 4 April 2017, pagi hari waktu setempat.

Kantor berita Barat menduga serangan itu didalangi oleh militer Suriah serta Rusia sebagai koalisi Presiden Bashar al-Assad.

Namun, kedua pihak membantah terlibat dalam serangan itu, seperti yang diberitakan CNN, Rabu, 5 April. Presiden al-Assad mengaku pasukannya tidak menggunakan bahan gas kimia dalam peperangan.

Sementara itu Rusia berdalih tidak mengoperasikan pesawat pengebomnya saat serangan terjadi.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, justru menyalahkan rezim Barack Obama yang dianggap lemah dan tidak mampu memberikan resolusi konflik di Suriah.

Korban jiwa dampak serangan senjata kimia berupa gas beracun di Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah bertambah menjadi total 70 orang, 10 di antaranya adalah anak-anak.

Jumlah ini bertambah dua kali lipat dari laporan awal. Angka ini diestimasi oleh Aleppo Media Centre.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

2. Tembakan Mematikan Jerman di Perang Dunia I

Media Jerman mengumumkan pernyataan resmi dari pemimpin perang bahwa negara tersebut telah menggunakan gas beracun pada awal Pertempuran Kedua Ypres, yang dilakukan pada dua bulan sebelumnya.

Jerman menembakkan lebih dari 150 ton gas klorin yang mematikan terhadap dua divisi kolonial Prancis di Ypres, Belgia, pada 22 April 1915. Hal tersebut membuat sekutu mereka dalam Perang Dunia (PD) I terkejut dan ketakutan.

Hal ini sekaligus memicu amarah atas perbuatan yang dinilai sebagai bentuk barbarisme tak termaafkan.

Seperti dilansir dari History Channel, Panglima British Expeditionary Force (BEF), Sir John French, mengutuk keras serangan Jerman di Ypres tersebut.

"Semua sumber daya ilmiah Jerman tampaknya telah digunakan untuk memproduksi gas yang sangat membinasakan dan beracun, di mana setiap manusia yang terpapar gas tersebut awalnya akan merasa lumpuh dan mengalami kematian menyakitkan," tulis Sir John French.

Pernyataan yang diumumkan Jerman pada 25 Juni 1915 tersebut merupakan respons atas reaksi geram sekutunya. Mereka menganggap bahwa lawannya -- Prancis -- juga telah memproduksi dan menggunakan gas dalam pertempuran sebelum Pertempuran Kedua Ypres.

3 dari 6 halaman

3. Panik Massal di Stasiun Tokyo

Aksi sadis dilakukan anggota sebuah sekte di stasiun kereta bawah tanah Kasumigaseki, Tokyo, Jepang pada 20 Maret 1995. Seperti dikutip dari History Channel, mereka melakukan serangan gas sarin di lokasi yang tengah ramai di jam sibuk.

Saat para calon penumpang mulai panik massal akibat tercekik karena menghirup racun, para pelaku menenggak antiracun dan berhasil melarikan diri.

Kebanyakan korban yang menghirup racun sarin menderita sesak napas dan sulit melihat. Dua belas orang dilaporkan tewas dan lebih dari 5 ribu lainnya dirawat di rumah sakit. Tak sedikit pula yang mengalami koma.

Pihak keamanan di Tokyo langsung mengerahkan pasukannya, termasuk para tentara untuk membantu proses evakuasi para korban dari dalam stasiun kereta bawah tanah.

Mereka juga bergerak cepat melacak teroris pembuat senjata kimia tersebut. Ribuan pos pemeriksaan didirikan di seluruh negeri saat itu. Jepang geger. Tindakan kejam itu juga jadi sorotan dunia.

Kelompok teroris dari sekte sesat Aum Shinrikyo kemudian diketahui sebagai dalang peristiwa tersebut. Polisi lalu menyerbu markas mereka dan menangkap ratusan orang. Namun tidak berhasil membekuk pemimpin mereka, Shoko Asahara.

Pada satu kamp di dasar Gunung Fuji, polisi menemukan berton-ton bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi gas sarin. Mereka juga menemukan tulisan berisi rencana untuk membeli senjata nuklir dari Rusia.

Polisi akhirnya menangkap Hideo Murai, salah satu pemimpin sekte sesat tersebut. Namun ketika dibawa ke tahanan ia ditikam sampai mati, oleh seorang yang menyalahkannya atas serangan gas beracun itu.

Tak lama setelah itu, polisi menemukan sebuah ruang bawah tanah yang tersembunyi di kompleks Gunung Fuji di mana pemimpin sekte lainnya bersembunyi, termasuk Masami Tsuchiya -- seorang ahli kimia yang mengaku membuat gas sarin.

Akhirnya pada 16 Mei 1995, sang pemimpin utama, Asahara ditemukan di ruang rahasia lain di Gunung Fuji. Ia ditangkap, lalu didakwa dengan kasus pembunuhan.

4 dari 6 halaman

4. Asap Beracun di Kampung Halabja Irak

Hari itu, 16 Maret 1988, ada 20 pesawat jet terbang di langit Halabja, Irak, sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Tak berapa lama, menurut keterangan para saksi, terlihat asap berwarna membumbung di angkasa.

"Ada asap putih, hitam, dan kemudian kuning mengepul ke udara dari ketinggian 46 meter," kata saksi seperti pembeberan yang dikutip dari BBC on This Day.

Tak berapa lama kemudian, suasana di lokasi tersebut mencekam. Suara teriakan warga terdengar di mana-mana.

Ribuan orang dilaporkan tewas dalam tragedi yang terjadi di utara Iran tersebut, tak diketahui jumlah pastinya. Sebagian besar korban luka dibawa ke rumah sakit di ibu kota Iran, Teheran. Mereka terkena paparan gas mustard.

Meski lolos dari kematian, mereka mengalami masalah pernapasan atau penglihatan akibat kontaminasi bahan kimia yang dijatuhkan di kota tempat tinggalnya.

Menurut beberapa laporan, hampir 75 persen korban adalah perempuan dan anak-anak.

Korban luka yang terlihat oleh wartawan menunjukkan gejala umum keracunan gas mustard. Seperti luka lecet dan kesulitan bernapas.

Beberapa warga yang selamat menutupi wajah mereka dengan kain basah, dan kabur ke pegunungan di sekitar Halabja.

"Aku tidak tahu di mana anak-anakku," kata salah satu warga, Abdul Rahman.

Menurut para ahli, bahan kimia yang dijatuhkan oleh pesawat kemungkinan gas beracun termasuk gas mustard, sarin perusak saraf, tabun dan VX serta sianida.

5 dari 6 halaman

5. Teror di Pasar Swalayan Rusia

Pasar swalayan Maksidom di Saint Petersburg, Rusia, mendapat serangan gas beracun, 27 Desember 2005.

Kantor berita Interfax melaporkan, puluhan warga yang tengah berbelanja mendadak sesak napas, batuk-batuk, dan merasa perih di bagian mata. Bahkan, beberapa orang di antara korban muntah-muntah setelah menghirup gas itu.

Sebanyak 78 orang korban langsung ditangani petugas medis dan 66 orang di antaranya dilarikan ke rumah sakit, karena membutuhkan perawatan intensif. Pengelola Maksidom kemudian memutuskan menutup pusat perbelanjaan ini lebih awal.

Polisi yang menyisir pusat perbelanjaan ini menemukan beberapa kotak berisi wadah kaca yang dihubungkan dengan sejumlah kabel dan alat pengatur waktu. Sementara gas beracun itu terdeteksi sebagai metil mercaptan, gas berbau cabai busuk yang biasa digunakan dalam pembuatan plastik dan pestisida.

Namun, polisi menolak insiden ini dilakukan oleh teroris. Dugaan lebih mengarah kepada motif persaingan usaha atau upaya pemerasan.

6 dari 6 halaman

6. Teror di 12 Wilayah Suriah

Pada 2013, sebuah daerah suburban di Ghouta, Damaskus, diserang dengan senjata kimia. Insiden itu dilancarkan satu tahun setelah Presiden AS Barack Obama menyatakan bahwa menggunakan senjata kimia sama saja dengan melanggar "garis merah" untuk melakukan intervensi atas konflik Suriah.

Serangan di Damaskus tahun 2013 itu menewaskan hingga seribu orang. Saat itu senjata kimia berupa gas klorin ditembakkan. Paparan zat beracun yang menyeruak di udara membunuh 104 orang dan melukai 200 orang lainnya.

Sejak 2012 hingga 2016, terjadi setidaknya 12 serangan besar menggunakan senjata kimia di Suriah. Lokasi yang diserang adalah Douma, Arbeen, Hammura, Saqba, Jisreen, Zamalka, Jobar, Ein Tamar, Kfar Batna, Muleiha, Daraya, dan Moamadiyeh.

Saksikan juga video berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.