Sukses

Korsel: Korea Utara Dalang Pembunuh Kim Jong-nam

Setidaknya 11 orang, enam di antaranya warga Korut diduga terkait dengan plot pembunuhan terhadap putra sulung Kim Jong-il.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Korea Selatan mengatakan mereka percaya rezim Korea Utara adalah dalang di balik pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un.

Kim Jong-nam tewas di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada Senin 13 Februari 2017.

"Kami percaya rezim Korea Utara berada di balik kematian Kim Jong-nam, mempertimbangkan lima orang tersangka adalah warga Korut," kata Jeong Joon-heejuru bicara Kementerian Unifikasi Korsel, seperti dikutip dari BBC, Senin (20/2/2017).

Polisi Malaysia kini memburu tujuh orang lainnya terkait dengan pembunuhan Kim Jong-nam. Termasuk di antaranya empat warga Korut yang meninggalkan Malaysia tepat di hari kematian Kim Jong-nam.

Setidaknya ada 11 orang yang dicurigai terlibat dalam pembunuhan Kim Jong-nam, enam di antaranya warga Korut (satu telah ditangkap).

Kim Jong-nam merupakan target tingkat tinggi di mana kematiannya telah menyedot perhatian internasional.

Sejak pembunuhan putra sulung Kim Jong-il pada 13 Februari lalu itu, setidaknya empat orang telah ditangkap. Mereka adalah WNI bernama Siti Aisyah serta kekasihnya yang merupakan warga Malaysia, seorang perempuan berpaspor Vietnam, dan pria lainnya asal Korut, Ri Jong-chol (46) di mana ia telah hidup dan bekerja di Negeri Jiran. 

Sementara itu, Noor Rashid Ibrahim, Wakil Inspektur Jenderal Polisi Malaysia, mengidentifikasi empat orang yang melarikan diri ke luar Malaysia pada hari serangan itu terjadi merupakan warga Korut usia 33 hingga 57 tahun. Mereka tiba secara terpisah selama dua pekan sebelum pembunuhan terjadi pada 13 Februari lalu. Tak seorang pun di antara mereka menggunakan paspor diplomatik.

Lebih lanjut, Noor Rashid membuka identitas mereka, yakni Ri Ji-hyon (33), Hong Lagu-hac (34), O Jong-gil (55) dan Ri Jae-nm (57).

Ke mana mereka melarikan diri tidak disebutkan dengan alasan penyelidikan masih terus berlanjut.

Namun Channel NewsAsia mengutip laporan seorang pejabat senior di kepolisian menuliskan bahwa keempat buron itu tiba pada Jumat lalu di Pyongyang melalui rute Jakarta-Dubai-Vladivostok.

Tiga pria lain juga tengah diburu, termasuk seorang warga Korut yang diidentifikasi sebagai Ri Ji-u (30) atau yang dikenal pula sebagai James.

"Korut memiliki sejarah dalam melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan tindakan terorisme. Negara kami dan masyarakat internasional sedang menyimak peristiwa mengerikan ini dengan keprihatinan," demikian kata Jeong.

Korut sendiri telah mendesak Malaysia untuk mengembalikan jasad Kim Jong-nam. Namun ditegaskan Noor Rashid, pihaknya akan melakukan penyelidikan menyeluruh sebelum akhirnya menyerahkan jenazah pria berusia 45 tahun itu ke pihak keluarga dengan catatan telah dilakukan identifikasi melalui pemeriksaan DNA.

Sementara itu, sebelum Korsel menuduh bahwa Korut dalang di balik pembunuhan ini, Duta Besar Korut untuk Malaysia dalam sebuah konferensi pers yang digelar jelang tengah malam di luar kamar mayat, Kang Chol mengatakan, Malaysia mungkin "mencoba menyembunyikan sesuatu" dan "berkolusi dengan kekuatan musuh". Demikian dilansir Cbsnews.com yang mengutip Associated Press.

"Kami tegas akan menolak hasil post mortem," ujar Kang seraya menambahkan bahwa prosedur itu dilakukan secara sepihak dan tidak menghadirkan pihak Korut.

Otoritas Malaysia saat ini tengah mencari sampel DNA dari keluarga Kim Jong-nam. Pria itu diyakini memiliki dua putra, seorang putri, dan dua wanita yang tidak disebutkan hubungannya. Mereka disebut-sebut tinggal di Beijing dan Macau.

Kim Jong-nam praktis "tersingkir" dari suksesi Korut ketika ia dilaporkan tertangkap setelah mencoba masuk ke Jepang dengan paspor palsu pada tahun 2001. Saat itu ia ingin mengunjungi Disneyland.

Sementara itu, para analis menilai otoritas Malaysia akan sangat berhati-hati mengambil langkah demi langkah atas jasad Kim Jong-nam. Negeri Jiran tidak ingin terhanyut dalam pertentangan Korea Utara atau pihak-pihak lain.

"Sebagai negara kecil, Malaysia tidak memihak," demikian komentar Geetha Govindasamy, seorang dosen senior studi Asia Timur di University of Malaya yang juga mempelajari hubungan Korea Utara dengan Asia Tenggara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.