Sukses

Rusia Kembangkan Senjata Jarak Jauh Berkecepatan Tinggi

Rusia sedang mengembangkan senjata yang dapat menargetkan sasaran berjarak ribuan kilometer hanya dalam beberapa menit.

Liputan6.com, Moskow - Rusia dikabarkan sedang mengembangkan senjata baru berupa laser, plasma, senjata elektromagnetik, serta rudal hipersonik. Hal tersebut dikemukakan oleh Wakil Menteri Pertahanan Negeri Beruang Merah, Yuri Borisov.

"Yang akan datang berikutnya adalah senjata hipersonik, yang memerlukan penggunaan bahan utama baru dan sistem kontrol yang beroperasi di media yang sama sekali berbeda, di dalam plasma," ujar Borisov, di mana plasma adalah gas yang sudah kehilangan elektronnya.

Senjata hipersonik merupakan misil yang dapat bergerak di kecepatan Mach 5 -- lima kali lebih cepat dari kecepatan suara. Dengan dikembangkannya senjata tersebut, Rusia dapat menargetkan sasaran yang berjarak ribuan kilometer hanya dalam beberapa menit.

"Kami mengharapkan terobosan yang sangat serius di bidang laser, senjata elektromagnetik, dan sebagainya," ujar Borisoc di Russian Academy of Sciences seperti dilaporkan Tass.

Amerika Serikat dan China juga diyakini tengah mengembangkan senjata laser. Alat tersebut memiliki keuntungan tidak kehabisan amunisi.

Pada 2010, kontraktor pertahanan raksasa Amerika, Raytheon, mendemonstrasikan senjata laser yang dapat menembak empat buah drone. Di tahun 2014, Angkatan Laut Negeri Paman Sam itu melakukan sejumlah tes laser di Teluk Persia.

Selain mengembangkan senjata laser dan elektromagnetik, Borisov mengatakan bahwa ilmuwan Rusia juga tengah mengembangkan senjata masa depan yang secara prinsip fisik belum pernah digunakan.

"Yang akan datang segera adalah prinsip-prinsip baru dari kendali operasi pasukan, karena saat ini siapa yang dapat mendeteksi musuh lebih cepat dan dapat menunjukkan sasaran adalah mereka yang benar-benar menang," kata Borisov seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (22/1/2017).

Presiden Rusia, Vladimir Putin telah berinvestasi hingga miliaran dolar dalam melakukan modernisasi angkatan bersenjata negaranya selama beberapa tahun terakhir. Hal itu diduga karena pecahnya "perang dingin baru" dengan AS di era pemerintahan Barack Obama dan sekutu-nya NATO.

Donald Trump yang baru beberapa hari resmi menjabat sebagai Presiden AS, harus memutuskan untuk bersaing dengan Rusia atau mencoba untuk 'berdamai'.

Pada awal minggu ini, Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang memperlihatkan tentara berkamuflase di bawah salju sambil menembakkan sistem rudal Tor. Senjata itu didesain untuk melindungi bangunan dari serangan rudal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini