Sukses

Mad Honey, Madu 'Peningkat Gairah' yang Mematikan dari Himalaya

Para pemburu madu Nepal mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan Mad Honey yang berada di puncak tebing Pegunungan Annapurna, Himalaya

Liputan6.com, Khatmandu - Rasanya manis, lengket, namun dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara.

Pemanen madu di Nepal memiliki cara yang berbeda untuk mengumpulkan cairan manis itu. Tidak biasa dan tergolong ekstrem, karena tantangannya adalah disengat lebah terbesar di dunia.

Para pemburu madu Nepal harus mendaki setinggi 30 kilometer, untuk mendapatkan madu yang tergantung 100 meter di bawah bibir tebing.

Tidak ada peralatan modern seperti sepatu, tali tambang, ataupun masker yang mereka gunakan. Pemburu madu itu hanya mengandalkan tangga bambu.

Tapi itu bukan bagian paling menakutkan.

Madu yang mereka incar terbuat dari sari bunga Rhododendron atau Azela, yang mengandung zat beracun.

Mengonsumsi sari bunga tersebut dapat menimbulkan rasa mual dan menyebabkan muntah. Sehingga pada zaman dulu prajurit perang sering menggunakan madu tersebut untuk meracuni musuh.

Walaupun berbahaya, para pemburu itu tetap rela membahayakan nyawa mereka untuk memanen madu tersebut.

Seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (23/11/2016), hal tersebut dikarenakan oleh adanya kandungan halusinogen -- sejenis NAPZA yang dapat menimbulkan halusinasi dan perasaan senang serta tenang -- di dalam madu Azela.

Seorang pembuat film dari National Geographic, Renan Ozturk, bersama dengan timnya, mencoba mengikuti para pemburu madu Nepal, untuk memanen madu lebah mematikan tersebut.

Melewati jalan berlubang selama dua hari dan mendaki sejauh 30 kilometer dalam cuaca terik sambil membawa peralatan mereka, Renan dan pemburu madu Nepal memulai 'ekspedisi' mereka.

Punya Nyali? Coba Jajal Jalanan di Himalaya Ini (sumber. Elitereaders.com)

Namun, sebelum memulai pendakian, mereka harus melaksanakan ritual penyembelihan ayam terlebih dahulu, yang dipercaya warga lokal dapat membawa keberuntungan.

Dengan menggunakan peralatan mendaki serba canggih, Renan dan timnya masih harus 'bertarung' melawan perbedaan tekanan udara di ketinggian pegunungan Annapurna, yang terletak di kaki Gunung Himalaya.

Untuk mencapai puncak tebing tempat sarang lebah tersebut berada, mereka harus melalui hutan belantara di tengah hujan badai, dan menyingkirkan lintah yang menempel kuat di tubuh.

Sarang lebah itu tergantung di ujung tebing, melekat pada dinding yang tipis. Dengan hanya menggunakan peralatan seadanya, Maule, seorang pemburu madu Nepal, memulai menaiki tebing tersebut.

Berbeda dengan pemburu madu lokal itu, Renan menggunakan peralatan modern yang lengkap, seperti radio komunikasi, baju anti-lebah, serta masker jaring.

"Kita ke sana untuk disengat," kata Maule yang tidak menggunakan pelindung apapun sambil tertawa.

Rekan Maule menunggu di bawah sambil membakar dedaunan untuk membuat lebah keluar dari sarang. Setelah itu pria yang menjadi pemburu madu sejak usia 15 tahun itu akan memukuli sarang tersebut dengan tongkat hingga terjatuh ke tanah.

Sementara itu, rekan Maule yang berada di bawah akan melumuri tubuh mereka dengan madu, untuk mencegah terjadinya infeksi akibat sengatan lebah.

Madu Azela yang juga dikenal dengan sebutan 'mad honey' itu laku di pasar gelap seharga US$ 492 atau setara dengan Rp 6,6 juta per kilogram.

Jika dihitung dari Produk Domestik Bruto (PDB) di Nepal, madu tersebut dapat dijual seharga US$ 532 atau setara dengan Rp 7,1 juta.

Dengan begitu, menurut perkiraan Renan, Maule dapat untung bersih sebesar US$ 135 atau setara dengan Rp 1,7 juta. Sepadan dengan risiko yang harus diambil.

Selain dapat menimbulkan halusinasi, Mad Honey juga menyebabkan grayanotoxins -- racun dalam Azela -- mengikat garam yang ada dalam sel. hal tersebut dapat mengaktifkan saraf vagus yang mengontrol jantung, paru-paru, saluran pencernaan.

Namun, madu tersebut juga dapat mengubah keadaan mental dan meningkatkan gairah seks.

Jika tidak hati-hati dalam mengonsumsi Mad Honey dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak, alias kematian.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini