Sukses

Bumbu Dapur Ini Ternyata Jadi Simbol Kemewahan di Zaman Romawi

Produksi bumbu dapur ini bahkan dijadikan penduduk sebuah kota sebagai sandaran perekonomian.

Liputan6.com, Vigo - Mungkin banyak dari kita yang tak menyangka bahwa garam merupakan salah satu harta terbesar pada masa lalu, di mana fasilitas penghasil bahan tersebut menyediakan pekerjaan bagi banyak orang.

Namun saat ini sebagian besar situs telah hancur atau tersembunyi di bawah tanah dan bangunan modern. Meski demikian, masih ada sejumlah lokasi mengesankan yang mendokumentasikan proses kerja masyarakat pada zaman dahulu dalam menghasilkan garam, simbol kemewahan.

Saat ini, sebagian orang tak bisa membayangkan hidup tanpa garam. Bahan itu digunakan untuk banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari makanan hingga kosmetik.

Sebenarnya, tradisi menggunakan garam sudah sangat tua. Dalam zaman kuno, pemilik tempat produksi bahan itu dikenal sebagai orang yang sangat kaya.

Situs pembuat garam tertua berlokasi di kota Provadia, Bulgaria. Banyak orang meyakini bahwa tempat tersebut merupakan kota tertua di Eropa.

Rekonstruksi Solnitsata (Kenny Arne Lang Antonsen & Jimmy John Antonsen)

Lokasi dahulu disebut Solnitsata itu berdiri sekitar 4.500 SM. Perekonomian sekitar 3.500 penduduknya bersandar pada produksi garam. Para peneliti meyakini, kota kecil tersebut menyediakan garam untuk seluruh Balkan atau Eropa tenggara.

Tak hanya bangsa Eropa, orang-orang Tiongkok, Het, Ibrani, dan peradaban lain juga menghargai garam. Tak diketahui bangsa mana yang pertama kali menggunakan bahan tersebut, namun diyakini manusia telah menggunakannya jauh sebelum adanya teks tertulis.

Dikutip dari Ancient Origins, Senin (10/10/2016), garam sangat populer di Kekaisaran Romawi dan Republik Romawi awal. Pasukan Romawi kadang menggunakan garam sebagai mata uang.

Karena tingginya nilai garam, sebuah pepatah Romawi kuno menyebut seseorang yang melakukan pekerjaannya dengan baik "senilai garam mereka".

Ilustrasi kolam garam (Wikipedia/World Imaging)

Pada Romawi kuno, orang-orang membuat kolam garam di tempat yang banyak terkena sinar Matahari. Hal tersebut digunakan orang-orang tertentu sebagai 'pabrik' garam kecil.

Seseorang yang memiliki kolam garam, dikenal sebagai salah satu orang terkaya di komunitas mereka.

Meski pada saat dominasi Kekaisaran Romawi akan berakhir, simbol dan pentingnya garam masih tetap hidup. Bahan itu pun menjadi salah satu barang dagang penting, yang memungkinkan adanya perubahan dalam ekonomi kuno dan penyebaran rute perdagangan.

Seiring berjalannya waktu, metode ekstraksi garam juga berkembang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harta Tersembunyi di Bawah Vigo

Terdapat sebuah museum unik di sebuah ruang bawah tanah sebuah gedung di jantung kota Vigo, Spanyol. Tempat tersebut merupakan bagian lengkap dan terpelihara dari sebuah situs di mana orang pada Zaman Romawi memperoleh garam pada saat itu.

Sebagian besar situs kuno di mana garam diproduksi, saat ini berada di bawah kota modern Vigo. Namun sebagian kecil tempat tersebut dikenal sebagai Salinae, yakni sebuah museum kecil yang termasuk ke dalam Museo do Mar (Museum Laut).

Tempat pembuatan garam laut tersebut merupakan salah satu situs paling terawetkan dengan baik di dunia. Lebihnya lagi, cara penyajian informasi di museum itu memudahkan pengunjungnya untuk memahami orang-orang yang memproduksi harta kuno itu.

Produksi garam yang diperlihatkan di Museo do Mar, Vigo (Natalia Klimczak)

Situs itu diekskavasi pada 1998 saat dilakukan persiapan pembangunan gedung baru di pusat kota. Sepuluh tahun kemudian, pemerintah lokal baru bisa membuka sebuah museum yang menceritakan kisah terlupakan tentang budaya garam di kota kuno Romawi, Vicus (saat ini Vigo).

Pemukiman yang terletak dekat dengan Vigo dahulunya dibuat oleh orang-orang Romawi. Sejak awal, bangsa itu telah terhubung dengan laut.

Air dari Samudra Atlantik menyediakan mereka makanan, mempengaruhi cuaca, sejumlah barang, dan terkadang menghancurkan pemukimannya. Salah satu 'hadiah' terbesar dari perairan itu adalah, garam membuat wilayah itu terkenal di seluruh Eropa.

Ruang pameran Salinae Museum didekorasi dengan garam asli dan menampilkan prosedur untuk mendapatkan mineral dari air Samudra Atlantik. Tahap demi tahap, para pengunjung akan mengetahui proses dan pentingnya situs tersebut yang digunakan pada Abad ke-1 dan ke-3.

Amphora berisi ikan yang diawetkan dengan garam (Natalia Klimczak)

Di Lokasi itu terdapat kolam yang terawetkan dengan baik, bebatuan yang digunakan untuk memisah dan mengurutkan, serta garam kuno. Museo do Mar di Vigo juga memiliki blok garam yang berasal dari fasilitas produksi.

Dalam pameran sementara terkait dengan aktivitas bangsa Romawi di dalam dan sekitar Vigo, pihak museum memjang sebuah amphora dan rekonstruksi amphora berisi ikan yang diawetkan dengan garam.

Sejarah perdagangan dunia, makanan, dan banyak aspek dalam kehidupan akan berbeda tanpa garam. Meski mengonsumsi terlalu banya garam tak baik untuk kesehatan, namun sejarah Eropa akan berbeda tanpa adanya fasilitas pembuat garam dan kemewahan para pemiliknya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.