Sukses

Penyesalan Terdalam 6 Presiden Amerika Serikat

Mengakui kesalahan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan oleh para presiden AS ini.

Liputan6.com, Washington, DC - Ditemui pada akhir pekan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan bahwa ia pernah melakukan kesalahan selama menjalankan tugasnya. Keputusan Obama untuk mengakui kesalahan menunjukkan betapa rendah hatinya presiden ke-44 Amerika tersebut.

"Mengaku salah adalah hal yang benar untuk dilakukan," kata Obama

Mengakui kesalahan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena menyangkut harga diri dan keengganan untuk menunjukkan kelemahan. Bahkan untuk seorang presiden sekalipun, mengakui kesalahan yang pernah dilakukan akan berdampak pada hubungan politik dan citra mereka di mata dunia.

Namun, ada cara yang aman bagi presiden untuk mengakui kesalahan mereka. Yaitu pada akhir masa jabatan atau pada saat mereka sudah tidak lagi menjabat sebagai pemimpin negara.

Dikutip dari BBC.com Rabu 13 April, saat ditanya kesalahan apa yang pernah dilakukan oleh sang presiden, Obama mengatakan kegagalan melakukan perencanaan antisipasi dampak dari penyingkiran Moammar Khadafi sebagai pemimpin Libya.

 

Penggulingan diktator tersebut berujung pada ketidakstabilan, kekacauan dan banyaknya ancaman yang diterima negara itu. Itu adalah kesalahan yang tergelap selama masa pemerintah Obama.

Tidak hanya Obama, ternyata beberapa presiden terdahulu Amerika Serikat pun pernah mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah mereka buat. Berikut kisah pengakuan penyesalan dari para Orang Nomor Satu di Negeri Paman Sam. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Senjata Pemusnah Massal dan Wanita 'Itu'

George W Bush

George W Bush (Georgewbush-whitehouse.archives.gov)

Presiden AS sebelum Obama, George W Bush, mengatakan penyesalan yang sebesar-besarnya atas kesalahan informasi yang tersebar mengenai senjata berkekuatan super yang dimiliki oleh pasukan Irak yang berujung pada munculnya perselisihan.

Presiden Bush mengakui tidak siap untuk perang yang telah dinyatakannya pada tahun 2003, dan kemudian meminta maaf atas kekacauan yang berdampak pada keadaan ekonomi AS pada saat itu.

Pada tahun 2008, sebelum menyerahkan jabatannya sebagai presiden, dalam sebuah wawancara, Bush menyatakan andai kala itu ia tahu bahwa Irak tidak mempunyai senjata penghancur tersebut, penyerangan ke Irak tidak akan terjadi. 

"Saya akan menyerahkan jabatan saya dengan kepala tegak," katanya. 

Bill Clinton

(Istimewa)

Sejak tidak lagi menjabat sebagai Presiden, Bill Clinton mengaku hal yang paling disesalkannya selama menjabat sebagai presiden adalah insiden pembantaian massal antar suku di Rwanda, Afrika, yang terjadi di awal pemerintahannya. 

Saat berkunjung ke Afrika pada tahun 1998, Clinton mengungkapkan, suami dari Hillary itu menyesal karena telah gagal membawa perdamaian untuk suku Tutsi dan Hutu.

Namun, bukan hanya itu. Ada satu pengakuan Clinton yang paling mencengangkan, yang tak lain tak bukan adalah skandal hubungan dengan Monica Lewinsky.

Insiden itu menyebabkan tuntutan pemecatan Clinton dengan tuduhan telah melanggar sumpah ketika memberikan keterangan sejujurnya pada saat pengadilan memproses skandal.

"Saya telah menipu orang-orang terdekat termasuk isteri saya. Saya sungguh-sungguh menyesal," katanya.

George HW Bush

Janji palsu yang dilontarkan oleh George HW Bush senior untuk menghapuskan pajak menjadi penyesalan yang sangat mendalam bagi ayah dari presiden Bush Junior.

"Pegang kata-kataku: tidak ada lagi pajak" kata Presiden Bush Senior.

Memenangkan pemilu presiden pada 1988, tampaknya tidak membuat sang Presiden terpilih kala itu untuk menepati janji akan meniadakan pajak baru. Saat mencalonkan diri sebagai presiden untuk yang kedua kalinya pada tahun 1992, Bush mengatakan sangat menyesal karena tidak bisa menepati janji.

"Saya mengingkari janji. Saya sangat menyesal, saya sangat menyesal," kata sang presiden.

3 dari 3 halaman

Jual Senjata dan Anak Emas

Ronald Reagan

Presiden AS Ronald Reagan dan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev melakukan pertemuan damai setelah kedua terlibat 'perang dingin'. (BBC)

Skandal penjualan senjata AS diam-diam ke Iran yang menimpa Ronald Reagan selama masa jabatannya menjadi penyesalan bagi presiden itu. Menurut kabar yang beredar, Ronald menjual senjata-senjata tersebut sebagai tebusan untuk para tawanan yang ditahan pemberontak.

Pejabat pemerintah saat itu, berharap adanya pengawalan pembebasan tawanan AS dan mendanai para pemberontak yang berada di Nikaragua, sebagai salah satu syarat penutupan kasus tersebut.

Apa saja yang diketahui oleh Reagan masih abu-abu sampai akhirnya pada tahun 1987 ia dipaksa untuk mengungkapkan kebenarannya dan mengatakan tidak pernah menukarkan senjata untuk para tawanan.

"Hati dan niatku masih mengatakan itu hal yang benar untuk dilakukan, tapi fakta dan bukti menunjukkan sebaliknya," jelas Reagan

Reagan berkata akan bertanggung jawab sepenuhnya, namun juga merasa kecewa karena aktivitas tersebut berlangsung tanpa sepengetahuannya.

 

John F Kennedy

John Fitzgerald Kennedy (JFK) adalah Presiden ke 35 Amerika Serikat Ia lahir  29 Mei 1917. Ia menjadi orang Katolik pertama yang menjadi Persiden AS (Istimewa)

Beralih ke tahun 1961, Presiden John F Kennedy mengatakan kegagalan penyerbuan pasukan yang disponsori oleh CIA di Bay of Pigs atau yang lebih terkenal dengan sebutan Invasi Teluk Babi, Kuba, merupakan suatu penyesalan baginya.

Walaupun tidak berkomentar apa-apa lagi selain pernyataan yang telah disampaikan terkait bencana tersebut, ketika seorang wartawan bertanya tentang informasi berlawanan mengenai 'situasi beberapa kebijakan asing ', Kennedi hanya menjawab bahwa dia adalah orang yang bertanggung jawab atas peristiwa itu.

 

Ulysses S Grant

Pada tahun 1876, Presiden Ulysses S Grant, presiden AS ke-18, terjerat skandal politik dan keuangan yang menjadi penyesalan yang harus disesali seumur hidup.

"Kesalahan itu pasti ada, dan saya mengakuinya," kata Ulysses.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.