Sukses

Ada WNI Tolak Pulang dari Yaman, Ini Respons Menlu Retno

Pemerintah RI menemui sejumlah kendala dalam mengevakuasi WNI dari Yaman. Salah satunya adalah warga yang tak mau dipulangkan.

Liputan6.com, Jakarta - Upaya evakuasi ribuan Warga Negara Indonesia (WNI) dari Yaman terus diintensifkan pemerintah. Namun, Pemerintah RI menemui sejumlah kendala. Salah satunya adalah adanya WNI yang tak mau dipulangkan.

Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi mengaku tidak bisa memaksa WNI yang tak bersedia untuk pulang ke tanah air. Namun demikian, Kemlu akan mengedepankan pendekatan dialog demi meluluhkan hati para WNI agar mau pulang.

"Negara nggak boleh maksa pulang. Itu yang sampaikan," sebut Menlu Retno dalam dialog di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (13/4/2015). "Kami terus lakukan lakukan upaya dialog agar (para WNI) mau dievakusi."

Mantan Dubes RI untuk Belanda ini menjelaskan, upaya tersebut telah berhasil dilakukan untuk sebagian jumlah WNI di Yaman, tepatnya di wilayah Tarim. Ada sekitar 500 WNI yang awalnya tak mau dipulangkan, kini sudah berubah pikiran.

Dia berharap para WNI lain yang belum mau dipulangkan dapat mengikuti anjuran dan ajakan pemerintah ini. Hal ini karena situasi Yaman sangat dinamis dan bisa berubah dengan cepat dalam hitungan hari.

"Mumpung masih ada opsi evakuasi (bisa digunakan), seperti di Aden, bisa kita jadikan contoh. Kalau opsi itu sudah sulit, itu tergantung kondisi yang tarik ulur," jelas Retno.

Yaman bergejolak setelah kelompok milisi Houthi, yang berjuang untuk mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004. Aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014.

Pada September 2014, mereka menguasai Ibukota Sanaa, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Abdu Rabuh Mansour Hadi. Kondisi ini kemudian membuat Arab Saudi dan sekutunya di Teluk turun tangan

Puncaknya, mulai Maret 2015, Arab Saudi dan negara teluk memutuskan untuk melakukan operasi militer "Decisive Storm" untuk menggempur kelompok Houthi di Yaman setelah Presiden Abedrabbuh Mansour Hadi meminta bantuan. (Riz/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.