Sukses

164 Jasad Tentara Irak Korban ISIS Ditemukan di Istana Saddam

Pemerintah Irak mendeteksi ada 10 kuburan massal di sekitar Istana Saddam Hussein, termasuk tiga yang berada di luar rumah.

Liputan6.com, Baghdad - Pemerintah Irak terus mencari jasad tentara Irak korban pembantaian ISIS. Setelah menemukan kuburan massal 1.700 tentara Irak, kini kembali ditemukan banyak jasad di Istana milik mantan Presiden Irak Saddam Hussein di Tikrit. Ada sekitar 164 jasad yang kembali ditemukan tim pencari di lokasi tersebut.

"Tim pencari kami menemukan 164 jasad tentara yang diyakini korban pembantaian ISIS. Sejauh ini, sudah ada empat kuburan massal yang ditemukan," ujar juru bicara Kementerian Hak Asasi Manusia Irak, Kamel Amin, seperti dimuat News.com.au, Selasa (14/4/2015).

Dia menjelaskan, dari sejumlah barang bukti yang ditemukan di Istana Saddam Hussein, termasuk telepon seluler dan dokumen, para jenazah itu diduga kuat merupakan korban pembantaian 'Speicher' oleh ISIS pada tahun lalu.

"Tapi saat ini kami akan memastikan identitas para korban secara pasti dengan otopsi, termasuk tes DNA," ungkap Kamel Amin.

Pemerintah Irak mendeteksi ada 10 kuburan massal di sekitar Istana Saddam Hussein, termasuk tiga yang berada di luar rumah sang mantan presiden. Dengan demikian, masih ada 6 titik kuburan massal yang belum ditemukan.

Situs kuburan massal ini ditemukan setelah tentara Irak kembali merebut Kota Tikrit dari ISIS pada akhir Maret 2015 lalu. ISIS sebelumnya merilis foto dan video yang menunjukkan eksekusi terhadap ribuan tentara Irak yang berhasil ditawan.

Foto dan video yang beredar tahun lalu tersebut menuai kemarahan luas dari pemerintah dan masyarakat Irak. Mereka mengecam keras tindakan brutal ISIS tersebut.

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan, pihaknya akan kembali meminta tambahan bantuan militer kepada Amerika Serikat untuk melancarkan serangan lanjutan ke basis ISIS. Permintaan itu akan dilakukan  ketika Abadi menemui Presiden AS Barack Obama di Washington dalam waktu dekat.

"Prioritas kami melawan ISIS adalah mengintensifkan serangan udara ke ISIS dan penambahan suplai senjata," jelas Abadi. "Kami punya hubungan baik dengan Amerika Serikat, hubungan yang solid dan saling menghormati kedaulatan negara masing-masing."

ISIS mulai melancarkan serangan besar-besaran di Irak pada Juni 2014 lalu. Kelompok yang mengklaim Daulah Islamiyah secara sepihak ini menggempur dan merebut sejumlah kota pemerintahan dan pemukiman di Irak.

Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) mengatakan wilayah kekuasaan Irak hingga mencapai 16.800 km persegi di Irak telah direbut ISIS. Kelompok itu kemudian melebarkan sayap kekuasaan di suriah.

Amerika Serikat yang dibantu Inggris, Prancis, Yordania, dan Arab Saudi turun tangan membantu Irak untuk menyingkirkan ISIS. Sejauh ini, serangan terus dilanjutkan koalisi multinasional tersebut. (Riz/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.