Sukses

PM Ukraina: Kemungkinan Perang dengan Rusia Semakin Besar

Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsya menegaskan, kemungkinan perang antara negaranya dengan Rusia semakin besar.

Liputan6.com, Kiev- Beralihnya Crimea menjadi bagian dari Rusia membuat Ukraina berang. Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsya menegaskan, kemungkinan perang antara negaranya dengan Rusia semakin besar.

"Kemungkinan itu semakin besar. Kami tidak tahu apa yang dipikirkan oleh (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan apa yang akan menjadi keputusannya," kata Deshchytsya, seperti dikutip dari Global Post, Senin (24/3/2014).

"Itulah sebabnya situasi saat ini semakin panas dibandingkan dengan yang terjadi beberapa pekan lalu," imbuh dia.

Pernyataan tersebut disiarkan sehari setelah pasukan Rusia menggunakan kendaraan lapis baja dan granat untuk menembus pangkalan udara di dekat Simferopol, kota utama di semenanjung Crimea.

Dalam wawancara sebelumnya, Deshchytsya mengungkapkan kekhawatirannya jika Ukraina beperang dengan Rusia. Sebab menurut dia, Presiden Rusia Vladimir Putin tak ingin berdialog.

"Persoalannya adalah bahwa Rusia, khususnya pemerintahan di bawah Putin dan juga Putin sendiri tidak ingin berkomunikasi dan mendengarkan dengan masyarakat internasional. Dia juga tidak menanggapi pernyataan-pernyataan yang ingin meredakan situasi dan menghentikan invasi," ujar Deshchytsya.

Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Andriy Parubiy mengatakan tujuan Putin tidak hanya ingin mencaplok Crimea, tapi seluruh Ukraina. "Putin telah menyiapkan pasukan besar di perbatasan dan siap menyerang kapan pun dibutuhkan," kata Parubiy di ibukota Ukraina, Kiev.

Ketegangan bermula saat Rusia mengirimkan tentara ke Crimea yang masih menjadi bagian Ukraina. Hal itu mendapat kecaman dari pihak internasional, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa. Meski diancam sanksi, Rusia tetap menyiagakan tentaranya di Crimea.

Crimea kemudian menggelar referendum atau pemilihan oleh warga Crimea apakah tetap menjadi bagian Ukraina atau bergabung ke Rusia. Hasilnya sebagian besar warga Crimea memilih bergabung ke Rusia.

Semakin Panas

Meski mendapat sanksi, Rusia tetap melancarkan upaya hingga akhirnya Crimea resmi menjadi bagian Rusia. Setelah penandatanganan pengalihan wilayah, tentara Rusia diturunkan untuk menduduki markas Angkatan Laut (AL) Ukraina.

Pasukan penjaga perbatasan Ukraina baru-baru ini menutup perbatasan dengan Crimea. Kantor Distrik Federal Crimea yang dibentuk Presiden Putin mengatakan, pegawai Ukraina yang ingin meninggalkan Crimea pun tidak bisa menyeberangi perbatasan.

Berdasarkan pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, hanya ada sekitar 2.000 dari 18.000 tentara Ukraina di Crimea yang memutuskan untuk meninggalkan semenanjung. Sisanya atau belasan ribu tentara Ukraina bersiaga di perbatasan.

"Tujuan yang jelas dari provokasi ini adalah untuk menuduh otoritas Crimea agar tidak membiarkan orang keluar dan menciptakan ketegangan di daerah perbatasan," demikian pernyataan kantor Distrik Federal Crimea, seperti dimuat Ria Novosti. (Yus Ariyanto)

Baca juga:

Ribuan Tentara Rusia Duduki Markas AL Ukraina

Crimea Resmi Bergabung ke Rusia, AS Siapkan Sanksi

Lepas dari Ukraina, Crimea Jadikan Rubel Rusia Sebagai Mata Uang

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini