Sukses

Virus Kuno Raksasa `Bangkit dari Kematian` Selama 30 Ribu Tahun

Virus itu ditemukan membeku di lapisan dalam permafrost Siberia. Setelah mencair, ia kembali menular atau bisa menginfeksi.

Liputan6.com, Aix-Marseille Sebuah virus kuno 'bangkit dari kematian' selama 30 ribu tahun. Awalnya ia ditemukan membeku di lapisan dalam permafrost Siberia -- tanah beku abadi. Setelah mencair, ia kembali menular atau bisa menginfeksi.

Para ilmuwan Prancis mengatakan, penularan tersebut tidak menimbulkan bahaya bagi manusia atau hewan, namun virus lain -- yang berpotensi bahaya -- bisa lepas bebas saat tanah di bawah permukaan es menjadi terbuka.  

Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Profesor Jean - Michel Claverie dari National Centre of Scientific Research (CNRS) di University of Aix-Marseille, Prancis mengatakan, itu temuan luar biasa. "Ini kali pertamanya kami melihat virus yang masih bisa menular setelah setelah jangka waktu yang sangat lama," kata dia seperti dimuat BBC, Selasa (4/3/2014).

Patogen kuno tersebut ditemukan terkubur 30 meter di bawah tanah yang membeku. Disebut Pithovirus sibericum, ia menjadi bagian dari kelas virus raksasa yang ditemukan 10 tahun lalu.

Saking besarnya, tak seperti virus lain, Pithovirus sibericum bisa dilihat hanya dengan mikroskop. Panjangnya yang 1,5 mikrometer adalah yang terbesar yang pernah ditemukan.

Kali terakhir ia menginfeksi adalah lebih dari 30 ribu tahun lalu. Pengujian menunjukkan bahwa virus tersebut menyerang amuba -- organisme bersel satu -- namun tidak menginfeksi manusia atau hewan lain.

Salah satu penulis studi lain,  Dr Chantal Abergel, juga dari CNRS mengatakan, "Virus tersebut masuk dalam sel, jumlahnya menjadi berkali lipat, dan akhirnya membunuh sel. Ia bisa membunuh amuba tapi tak mempan terhadap sel manusia."

Namun, kabar buruknya, para peneliti menduga, ada patogen lebih mematikan yang masih terkunci di permafrost Siberia. "Kami menangani masalah ini dengan sekuensing DNA di lapisan-lapisan tersebut," kata dia.

'Resep Bencana'

Para peneliti mengatakan permafrost Siberia sedang terancam. Sejak tahun 1970-an, tanah beku itu berkurang ketebalannya. Proyeksi perubahan iklim meramalkan, ia akan terus berkurang.

Permafrost nantinya akan lebih mudah diakses manusia -- yang mengincar sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.

"Itu akan menjadi 'resep' bencana. Jika eksplorasi industri dimulai di sana, orang akan mulai bergerak di sekitar lapisan permafrost yang dalam. Lewat penambangan dan pengeboran, lapisan kuno akan terpenetrasi. Dari sana bahaya akan muncul," kata Profesor Jean-Michel Claverie.

Salah satunya, strain cacar air (smallpox) yang dinyatakan punah 30 tahun lalu, akan kembali bangkit. "Jika benar jika virus itu bertahan hidup dengan cara yang sana,  cacar tidak punah dari planet ini. Hanya hilang di permukaan," kata Claverie.

Namun, belum jelas apakah semua virus bisa menjadi aktif kembali setelah beku dalam ribuan atau bahkan jutaan tahun.  (Yus Ariyanto)

Baca juga:

`Maut Hitam` Mewabah di Madagaskar, 20 Orang Tewas

Misteri Kematian Firaun Tutankhamun, `Kutukan` atau Ketabrak?

Selamat Jalan, Talia...Gadis Pengidap Kanker yang Tak Gentar Maut

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini