Sukses

2.000 Tahun Lalu, Ini Cara Orang Yunani Kuno Buktikan Bumi Bulat

2.000 tahun yang lalu, seorang pria dari Yunani kuno telah membuktikan Bumi bulat hanya dengan menggunakan tongkat dan otaknya.

Liputan6.com, Jakarta Perdebatan Bumi bulat atau datar sebenarnya telah berlangsung lama, meski memang baru pada abad ke-20 makin memanas. Untuk membuktikan Bumi itu bulat, orang-orang pada pertengahan abad ke-20 sengaja meluncurkan satelit ke luar angkasa yang membantu menentukan lingkar Bumi, yaitu 40.030 km.

Akan tetapi 2.000 tahun yang lalu, seorang pria dari Yunani kuno telah membuktikan Bumi bulat hanya dengan menggunakan tongkat dan otaknya. Bagaimana pria bernama Eratosthenes itu melakukannya?

Melansir dari Bussines Insider, Eratosthenes adalah seorang matematikawan dan kepala perpustakaan di Alexandria. Pria itu telah mendengar bahwa di Syene, sebuah kota di selatan Alexandria, ada fenomena unik.

Di Syene, Anda tak akan menemukan bayangan vertikal saat titik balik matahari musim panas terjadi di siang hari. Matahari langsung di atas kepala. Eratosthenes bertanya-tanya, apakah hal yang sama juga berlaku di Alexandria?

Kemudian, pada tanggal 21 Juni, ia menanam tongkat langsung di tanah dan menunggu untuk melihat apakah bayangan akan terlihat pada siang hari. Ternyata, satu bayangan terlihat dan saat diukur, sudutnya sekitar 7 derajat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Nah, jika sinar matahari masuk pada sudut dan waktu yang sama, kemudian sebatang tongkat di Alexandria dapat membuat bayangan sementara di Syene tidak, itu berarti Bumi memiliki permukaan yang bulat. Akan tetapi, Eratosthenes telah mengetahui hal tersebut. Sebab, gagasan Bumi berbentuk bola melayang diutarakan oleh Pythagoras sekitar 500 SM dan divalidasi oleh Aristoteles beberapa abad kemudian.

Jika Bumi benar-benar sebuah bola, Eratosthenes dapat menggunakan pengamatannya untuk memperkirakan lingkar seluruh planet. Karena perbedaan panjang bayangan 7 derajat di Alexandria dan Syene, itu berarti kedua kota tersebut berjarak 7 derajat terpisah di permukaan 360 derajat Bumi.

Ilmuwan itu kemudian mempekerjakan seorang pria untuk mengetahui jarak antara kedua kota dan diketahui bahwa mereka terpisah 800 km. Ia kemudian menggunakan proporsi sederhana tersebut untuk menemukan lingkar Bumi, yaitu 7,2 derajat adalah 1/50 dari 360 derajat. Jadi, 800 kali 40 sama dengan 40 ribu km. Hasil yang nyaris sama dengan pengukuran dengan satelit di zaman modern.

Dan begitulah, seorang pria dari 2200 tahun yang lalu menemukan keliling planet Bumi hanya dengan tongkat dan otaknya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.