Sukses

Mamah Kiki yang Malang, Hidup Sebatang Kara dan Kini Stroke

Dahulu, ia bekerja serabutan. Meski tak banyak hasilnya tapi setidaknya ia mampu membiayai makannya sehari-hari.

Liputan6.com, Jakarta “Waktu itu saya mau sholat tahajud. Sudah siap-siap mau sholat lalu tiba-tiba kaki saya nyeri. Rasanya seperti kejutan, tegang, pokoknya semacam itulah. Saya kaget saat itu apa yang terjadi. Hingga saya akhirnya tahu, kaki saya terkena stroke.”

Begitulah penggalan kisah yang dituturkan wanita berusia 63 tahun itu ketika di temui oleh Rumah Yatim saat pemberian santunan dan parsel Ramadhan, Sabtu (10/6). Namanya Martini tapi para tetangga mengenalnya dengan Mamah Kiki (Kiki nama anak Martini). Sudah enam tahun ia mengalami stroke yang akhirnya harus membuatnya berjalan dengan bantuan kruk.

Foto: Sinta Guslia

Dahulu, ia bekerja serabutan. Meski tak banyak hasilnya tapi setidaknya ia mampu membiayai makannya sehari-hari. Namun, seketika semua berubah ketika ia ditakdirkan mengidap stroke. Martini tak dapat bekerja. Untuk makan ia hanya bergantung pada belas kasihan para tetangga. “Kalau ada yang beri maka hari itu saya bisa makan. Jika tidak, ya saya tidak makan apa-apa” ceritanya pasrah.

Bak sudah jatuh tertimpa tangga pula, Martini yang mengalami stroke hidup pula sebatang kara di sebuah kontrakan daerah Sukapura, Lemah Hegar, RT 1 RW 4, Bandung. Sang suami telah lama tiada. Tiga anaknya telah berkeluarga dan merantau. Dari ketiganya hanya satu yang pernah pulang dan menjenguknya. Itupun tak setiap tahun.

“Anak saya satu orang di Lampung. Dia satu-satunya yang masih menghubungi saya. Dia mengirimi uang tapi sekedar untuk listrik dan kontrakan sebab dia pun hidup susah di sana.” Ujar Martini lagi dengan nada semakin lirih.

Foto: Sinta Guslia

Saat ditanya apa yang paling membuatnya terluka adalah kenyataan bahwa ia sebatang kara di usia tuanya dan ditambah kondisi kakinya yang tak lagi normal.

“Begitu sedih rasanya saya hidup sendiri di sini. Saya nyuci sendiri, bersih-bersih, semuanya saya lakukan sendiri dengan kondisi stroke ini. Nggak ada yang ngurusin di usia tua dan saya yang sakit ini. Kadang makan kadang tidak.” Ujarnya diiringi dengan isak tangis yang tak tertahankan.

Martini adalah satu dari sekian banyak sosok orang tua yang harus menelan pahitnya usia tua tanpa satupun keluarga di sampingnya. Hanya sedikit bantuan dan doa sejatinya yang bisa diberikan agar Martini selalu diberi kekuatan oleh-Nya.

Penulis:

Sinta Guslia

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini