Sukses

70 Jiwa Melayang Tiap Hari karena Tak TertibLalu Lintas

Pendidikan diharapkan mampu membentuk pribadi yang cerdas dan bertanggung jawab, termasuk saat berlalulintas jalan.

Liputan6.com, Jakarta Pendidikan diharapkan mampu membentuk pribadi yang cerdas dan bertanggung jawab, termasuk saat berlalulintas jalan. Mencetak pribadi seperti itu bakal kian maksimal ketika dimulai sejak usia dini.

Perilaku menjadi kata kunci dalam memangkas tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan. Maklum, sekitar 30% pemicu kecelakaan adalah perilaku tertib. Faktor itu merupakan kedua terbesar setelah berkendara dalam kondisi lengah. Indonesia kehilangan 70-an jiwa setiap hari akibat kecelakaan lalu lintas jalan.

“Pendidikan keamanan di jalan raya (Road Safety Education) memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak dan orang muda/remaja serta mendorong mereka untuk menjadi pengguna jalan yang bertanggung jawab,” tegas Nona Pooroe, psikolog dan pemerhati anak dalam seminar 'Keselamatan Berlalu Lintas di Kurikulum Pemerintah', di Hotel Hermitage, Jakarta, Rabu (24/8).

Dia menambahkan, ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang belajar tentang keamanan lalu-lintas (road safety) sejak usia dini akan membentuk perilaku aman di jalan raya saat mereka bertumbuh. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk membentuk pemahaman anak tentang keamanan lalu-lintas untuk membantu mereka menjadi pelaku jalan yang bertanggungjawab dan mencegah mereka menjadi korban.

70 Jiwa Melayang Tiap Hari karena Tak TertibLalu Lintas

Indonesia masih mencatat keterlibatan anak-anak dalam kecelakaan lalu lintas jalan, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Data Korlantas Mabes Polri menyebutkan, sepanjang 2010-2015, setidaknya 176 ribu anak-anak di bawah umur menjadi korban kecelakaan di jalan. Artinya, setiap hari terdapat 85 anak-anak di bawah 15 tahun yang menjadi korban kecelakaan. Tunggu dulu, di sisi lain, anak-anak di bawah umur yang menjadi pelaku kecelakaan ternyata juga cukup memprihatinkan. Dalam rentang 2010-2015, sedikitnya tercatat 27 ribu anak-anak yang memicu terjadinya kecelakaan di jalan. Miris.

Karena itu, pembentukan pribadi dan karakter yang disiplin menjadi mutlak. Menurut Arief Rachman, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, pendidikan karakter adalah upaya sadar dan yang disengaja serta terprogram untuk menolong manusia agar mengerti, peduli dan bertindak berdasarkan nilai-nilai dasar etika. Tujuannya, tujuan agar mereka mengetahui apa yang benar baik dan patut serta sangat peduli terhadap apa yang benar dan patut serta percaya dan yakin meskipun dalam keadaan yang tertekan dan dilematis. “Untuk membangun karakter lewat tahapan disiplin, kemartabatan, dan struktur,” ujar dia, di kesempatan yang sama.

Bagi Kombes Pol Syamsul Bahri, Direktur Ditlantas Polda Metro Jaya, sepanjang 2010-2015 setidaknya 176 ribu anak-anak dibawah umur menjadi korban kecelakaan DI jalan rata. Artinya, setiap hari terdapat 85 Anak dibawah usia 15 tahun yang jadi korban. Melalui seminar pendidikan ini diharapkan terjadi sinergi. Semua pihak bersama-sama dengan pakar pendidikan dan dukungan media, dapat membantu kepolisian menyuarakan tentang save our kids.

70 Jiwa Melayang Tiap Hari karena Tak TertibLalu Lintas

Sementara itu, Kombes Pol Budi Widjanarko, Direktur BINMAS Polda Metro Jaya menambahkan, bukan hanya dari sisi keselamatan berlalu lintas, namun juga penting ditanamkan kepada anak-anak sejak dini pengetahuan tentang keamanan. “Baik terhadap diri sendiri maupun menghadapi lingkungan sekitarnya," kata dia, di tempat yang sama.

Hal senada dilontarkan Rafael Pasaribu, Principal ABODAY Architecture sekaligus Komisaris GLESTRA. Dia menegaskan, education is the best tools untuk mensosialisasikan tentang pentingnya pendidikan keselamatan dan merupakan investasi jangka panjang bagi anak-anak sejak dini.

Sementara itu, Martha D Silalahi, Principal JINGGA PR & Media Firm sekaligus Head of Project HUT Lalu Lintas 61th mengatakan, sangat penting sejak dini ditanamkan kepada anak-anak pendidikan tentang keselamatan, etika & sopan santun berlalu lintas serta keamanan. Bukan sekadar teori pendidikan, tetapi juga realita yang terjadi di lapangan. “Tugas dan tanggung jawab ini bukan hanya semata-mata tanggungjawab pemerintah atau pun guru tetapi yang terutama adalah tanggungjawab orangtua karena orangtua adalah 24 jam guru bagi anak-anak di rumah dan lingkungan. Sekolah dan guru merupakan penolong untuk orang tua dalam membantu anak-anak mengembangkan pengetahuan dan sosialisasi mereka,” ujarnya. (*)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini