Sukses

KOLOM: Demirbay dan Perang Klasik Timnas Jerman-Turki

Demirbay picu konflik karena membela Timnas Jerman ketimbang Turki tanah leluhurnya.

Liputan6.com, Jakarta - Ada hal menarik dari pengumumam skuat Piala Konfederasi yang dilakukan pelatih timnas Jerman, Joachim Loew, Rabu (16/05/2017). Seperti janji awalnya, Loew memberikan liburan kepada para pemain utama. Tak akan ada Thomas Mueller, Toni Kroos, Mats Hummels, Sami Khedira, apalagi mereka yang bergulat dengan cedera macam Ilkay Gundogan, Manuel Neuer, dan Andre Schuerrle.

Sebagai ganti mereka, Loew memanggil sejumlah debutan. Sebut saja Lars Stindl, Marvin Plattenhardt, Diego Demme, Sandro Wagner, Amin Younes, dan Kerem Demirbay. Tak semuanya pemain muda. Stindl dan Plattenhardt tergolong late bloomer. Umur keduanya sudah bukan di kisaran 20-an awal.

Bagi Plattenhardt, pengumuman dari Loew merupakan kejutan luar biasa. Maklum, dengan umur yang sudah 25 tahun, menembus Die Mannschaft bisa dikatakan sangat sulit. Begitu banyaknya talenta muda di Timnas Jerman membuat Loew cenderung lebih suka memberikan debut kepada para pemain belia.

Marvin Plattenhardt (kanan) saat beraksi bersama Hertha Berlin (AFP)

Sudah jauh-jauh hari Plattenhardt merencanakan liburan akhir musim spesial. Pulau Kreta di Yunani adalah pilihannya untuk tahun ini. Tak ayal, begitu diumumkan masuk skuat ke Piala Konfederasi di Rusia, hal pertama yang meluncur dari mulut bek kiri Hertha Berlin itu adalah soal liburannya.

"Liburan dibatalkan," tulis Plattenhardt di akun Twitter miliknya. Lalu, saat diwawancara BZ Berlin, dia berujar, "Saya harus membatalkan liburan di Kreta, tapi, tentu saja saya bangga karena berhasil mematahkan tradisi Hertha yang bertahun-tahun gagal mengirim pemain ke timnas Jerman."

Pemain yang akrab dipanggil Platte itu menerima berita pemanggilannya ke timnas Jerman pada pagi hari. Usai mandi setelah sesi latihan pagi, dia dipanggil ke kantor pelatih Pal Dardai. Dia adalah penggawa Hertha pertama yang dipanggil membela Die Mannschaft setelah Arne Friedrich yang melakukan debut pada 2002.

Kejutan lainnya tentu saja keberadaan empat penggawa TSG 1899 Hoffenheim di skuat Loew. Sebastian Rudy, Niklas Sule, Sandro Wagner, dan Demirbay menjadikan Hoffenheim sebagai penyumbang pemain terbanyak. Ini sesuatu yang tak biasa karena lazimnya Timnas Jerman didominasi para pemain Bayern Muenchen dan Borussia Dortmund.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bara Demirbay

Di antara keempat pemain itu, Demirbay paling menyedot perhatian. Hampir tak ada yang memprediksi gelandang berumur 23 tahun itu dipanggil oleh Loew. Salah satu sebabnya, dia terkesan cenderung memilih negeri leluhurnya, Turki.

Menanggapi pemanggilan dirinya ke skuat Jerman, Demirbay berujar, "Saya sangat senang dinominasikan pelatih timnas, Joachim Loew, untuk Piala Konfederasi di Rusia. Saya akan memenuhi undangan itu dan mewujudkan impian. Saya lahir di sini dan selalu ingin membela timnas Jerman. Ketika panggilan itu datang, pada awalnya saya tak percaya."

Pemanggilan yang dilakukan Loew dan reaksi yang ditunjukkan Demirbay tersebut membuat Turkiye Futbol Federasyonu (TFF) berang bukan kepalang. Mereka lantas mengunggah surat kesediaan sang pemain memilih Turki ketimbang Jerman yang dibuat hanya dua hari sebelumnya.

Di dalam surat yang ditujukan kepada pejabat FIFA yang mengurusi status pemain, Demirbay antara lain menulis, "... Saya pernah membela timnas Jerman. Tapi, mulai saat ini, saya ingin membela timnas Turki. Keluarga saya berasal dari Turki dan saya merasa sebagai orang Turki. Sangat penting bagi saya untuk membela negara saya dan bermain untuk timnas Turki."

Skuat Timnas Jerman saat bekuk Azerbaijan dalam lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Eropa (Foto: Twitter)

Tobias Sander, agen Demirbay, buru-buru mengklarifikasi hal tersebut. "Surat itu dibuat secara eksklusif untuk mengetahui dari sisi hukum kemungkinan membela Turki. Ini dilakukan karena kewarganegaraan ganda tidak diperbolehkan. Di Piala Eropa U-21 pada 2015, dia ada di skuat Jerman walaupun tak pernah dimainkan," terang dia seperti dikutip Rhein Neckar Zeitung.

Sander mengemukakan soal Piala Eropa U-21 karena sejak Yunus Malli melakukan debut bersama Turki pada akhir 2016, kubu Turki berjanji tak akan "membajak" talenta yang sudah memilih Jerman di level junior.

Perebutan talenta antara Jerman dan Turki sudah berlangsung lama. Keberadaan para pemain muda berdarah Turki di kancah sepak bola Jerman adalah sebabnya. Apalagi ketika Mesut Ozil mengemuka dan menjadi salah satu bintang dunia. Selain Oezil, pemain berdarah Turki lainnya yang pernah membela Die Mannschaft adalah Gundogan, Malik Fathi, Serdar Tasci, Mustafa Dogan, dan Emre Can.

3 dari 3 halaman

Akademi Turki

Puncaknya adalah saat Jerman menjadi semifinalis Piala Dunia U-17 pada 2011. Di skuat asuhan Steffen Freund kala itu ada Can, Koray Guenter, Samed Yesil, Levent Aycicek, Kaan Ayhan, Okan Aydin, Robin Yalcin, dan Koray Kacinoglu yang berdarah Turki. TFF langsung melakukan pendekatan kepada mereka untuk mengarahkan masa depan ke timnas Turki, bukan Jerman.

Hasilnya, kepala pemandu bakat Turki, Erdal Keser, berhasil memastikan tiga nama. Bagi Jerman, ini permainan licik yang tak bisa didiamkan begitu saja. Matthias Sammer yang kala itu menjabat Direktur Olahraga DFB mengecam aktivitas Keser. Dia tersinggung karena Turki seolah-olah memandang Jerman sebagai akademi mereka.

Turki memang tak secara eksplisit mengungkapkan hal tersebut, namun tak bisa dimungkiri, para imigran Turki di negara-negara Eropa lain adalah harapan baru bagi persepakbolaan negeri itu. Masalah terbesar Turki adalah ketiadaan akademi dan fasilitas bagus di dalam negeri sehingga sulit mendapatkan pemain-pemain muda lokal berkualitas.

Hal ini sempat diakui Emre Sarigul dari turkish-football.com kepada The Independent. "Secara umum, para pemain ini mendapatkan pelatihan lebih baik dan diajari sepak bola modern," jelas dia. "Jerman menghasilkan beberapa pemain terbaik di dunia berkat sistem yang dimiliki. Turki coba mengejar, tapi itu tentu saja butuh waktu."

Gelandang Borussia Dortmund, Nuri Sahin. (AFP/Patrik Stollarz)

Di Piala Eropa 2016, sejumlah penggawa Turki adalah jebolan akademi negara-negara tetangga. Malli, Hakan Calhanoglu, Gokhan Tore, Nuri Sahin, Cenk Tosun, dan Olcay Sahan jebolan Jerman. Lalu, ada Oguzhan Ozyakup yang jebolan Belanda dan Emre Mor dari Denmark. Di luar mereka, jangan lupakan Omer Toprak yang juga didikan Jerman.

Langkah Turki bukanlah fenomena baru. Pada 1930-an, Italia membuat kebijakan soal oriundi, yakni naturalisasi pemain-pemain di luar negeri yang memiliki garis keturunan Italia. Hasilnya, Gli Azzurri dua kali juara. Pada 1934, peran Luis Monti, Attilio Demaria, Enrique Guaita, dan Raimundo Orsi sebagai oriundi sangatlah besar.

Langkah sama diambil Irlandia. Jika Italia memiliki kebijakan oriundi, Irlandia punya Granny Rule. Mereka hingga kini mengandalkan banyak pemain yang lahir dan menimba ilmu sepak bola di Inggris.

Selebrasi Jonathan Walters usai mencetak gol penyeimbang Stoke City ke gawang Chelsea. (AP Photo/Rui Vieira)

Di skuat Irlandia saat berkiprah di Piala Eropa tahun lalu, tujuh pemain (Keiran Westwood, Richard Keogh, Ciaran Clark, Cyrus Christie, Aiden McGeady, James McCarthy, dan Jonathan Walters) adalah kelahiran Inggris. Sebelumnya, sejumlah bintang Irlandia juga seperti itu. Sebut saja Ray Houghton, Mark Lawrenson, John Aldridge, Paul McGrath, Mick McCarthy, dan Kevin Kilbane.

Membela suatu negara memang pada akhirnya tergantung kata hati sang pemain. Namun, tentu menjadi ganjalan di hati bagi negara yang membina bila negeri leluhur sang pemain bersungut-sungut ketika pemain yang bersangkutan memilih membela negara tempat lahir dan tinggalnya. Bagaimanapun, ada investasi besar yang telah dikeluarkan bagi pemain yang bersangkutan.

*Penulis adalah komentator dan pengamat sepakbola tinggal di Jakarta. Tanggapi kolom ini @seppginz.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.