Sukses

Soal Tim Kecil dan Komite Ad Hoc, Ini Tanggapan FIFA

"Kami sarankan Anda untuk tetap mengacu kepada statemen FIFA pada 3 November lalu," ujar Juru Bicara FIFA, Alois Hug.

Liputan6.com, Jakarta- Kunjungan wakil FIFA dan AFC ke Indonesia 2-3 November lalu telah memicu timbulnya dua versi pembentukan tim Ad Hoc. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyebutnya sebagai Tim Kecil. Sedangkan versi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memakai istilah Komite Ad Hoc.

Kedua tim ini sama-sama lahir untuk membenahi sepak bola Indonesia yang kini dalam kondisi mati suri. Namun yang membedakan adalah komposisinya. Tim kecil dihuni orang pemerintahan, sedangkan Komite Ad Hoc dari berbagai elemen termasuk PSSI.

Istilah tim kecil sendiri pertama kali diungkapkan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi, dalam sambutan di Istana Negara, Jakarta, 2 November lalu. Saat itu Imam hadir untuk menemani Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, menerima delegasi FIFA dan AFC tersebut.

Menurut Imam, tim kecil akan menjadi jembatan pemerintah dengan FIFA dan AFC. Belakangan, Imam juga mengatakan tim ini merupakan gagasan Presiden Jokowi yang telah disepakati oleh FIFA dan AFC.

Baca Juga

  • RD Bakal Tangani Klub Malaysia
  • Ronaldo Putuskan Pilih Liga Ini Ketimbang Klub Inggris


Sementara itu, Komite Ad Hoc baru muncul pada hari kedua kunjungan FIFA dan AFC. Sehari setelah bertemu Presiden Jokowi, rombongan yang dipimpin oleh Anggota Komite Eksekutif FIFA Kohzo Tashima itu, datang menemui PT Liga Indonesia, Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) dan media.

Nah usai pertemuan ini, FIFA dan AFC kemudian menggelar jumpa pers di mana Senior Manager Member Association FIFA James Johnson, membacakan statement yang menyebut-nyebut soal Komite Ad Hoc.

Johnson menyebutkan bahwa komite ini akan bekerja di bawah regulasi FIFA yang tetap mengakui PSSI sebagai federasi sepak bola resmi yang ada di Indonesia.

Sekjen PSSI Azwan Karim, kemudian menyebutkan bahwa komite Ad Hoc akan dihuni 11 orang dari berbagai elemen termasuk pemerintah, pemain, wasit, pelatih, hingga wakil asosiasi dan media.

Pihak Kemenpora menganggap kedua tim ad hoc ini berbeda. Hal yang sama juga disampaikan oleh PSSI. Azwan saat ditemui di kantor PSSI, Kamis (5/11/2015), juga menanggapi positif munculnya tim kecil. Meski demikian kekhawatiran akan dualisme tim ad hoc tetap tidak bisa dihindari meski telah dibantah pihak Kemenpora, Imam Nahrawi.

Liputan6.com mencoba bertanya kepada FIFA terkait kehadiran dua tim ini lewat email yang dikirimkan, 5 November 2015. Dalam balasannya, FIFA tetap mengacu kepada statemen James Johnson, 3 November 2015.

"Kami sarankan Anda untuk tetap mengacu kepada statemen FIFA pada 3 November lalu," ujar Juru Bicara FIFA, Alois Hug saat ditanya mengenai kehadiran Tim Kecil dan Komite Ad Hoc tersebut. "Sejauh ini belum ada komentar lain mengenai hal itu," bebernya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pernyataan Resmi


Berikut ini adalah statement FIFA dan AFC yang dirilis 3 November 2015:

Para delegasi FIFA dan AFC yang dipimpin oleh Mr. Kohzo Tashima (anggota komite eksekutif FIFA) dan juga Mr. HRH Pangeran Abdullah (anggota komite eksekutif FIFA) dan Mariano Araneta (anggota komite eksekutif AFC) melanjutkan pertemuan mereka hari ini dengan para pemangku kepentingan utama sepak bola Indonesia, termasuk perwakilan dari liga profesional, pemain profesional dan wartawan olahraga.

Dalam setiap pertemuan, PSSI diwakili oleh Sekretaris Jenderal. Delegasi itu senang dengan diskusi terbuka dan jujur selama pertemuan bilateral tersebut, yang menyoroti beberapa masalah yang sangat membutuhkan reformasi. Isu-isu ini akan secara resmi ditangani oleh komite ad-hoc yang akan segera dibentuk dan akan beroperasi di bawah kerangka peraturan FIFA, yang mengakui PSSI sebagai badan sepakbola di Indonesia.

Pertemuan digelar hari ini adalah bagian dari misi dua hari delegasi ke Jakarta, yang termasuk pertemuan dengan Mr Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 November 2015. Sebagaimana dijelaskan kepada Presiden, reformasi yang disepakati harus berjalan di bawah naungan Statuta FIFA, tapi pemerintah sebagai pemangku kepentingan diperbolehkan ikut dalam prosesnya.

Delegasi juga mencatat bahwa semua pemangku kepentingan sepakbola Indonesia, termasuk liga, pemain, media, dan pemerintah sepenuhnya mendukung untuk mengakhiri kebuntuan dalam sepakbola Indonesia. Delegasi akan mempresentasikan temuan-temuan mereka kepada Komite Eksekutif FIFA dalam rapat tanggal 2 dan 3 Desember 2015. (Rco/Tho)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.