Sukses

Insiden di Tambang Freeport, SBY Perlu Contoh Presiden Chile

Insiden runtuhnya sebagian terowongan di area fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan, Papua pada Selasa 14 Mei 2013, mengingatkan kita pada peristiwa serupa yang terjadi di Chile pada 2010 silam.

Insiden runtuhnya sebagian terowongan di area fasilitas pelatihan tambang bawah tanah Big Gossan, Papua pada Selasa 14 Mei 2013, mengingatkan kita pada peristiwa serupa yang terjadi di Chile pada 2010 silam.

Sebanyak 33 pekerja tambang Chile yang terperangkap ratusan meter di bawah tanah selama lebih dari dua bulan sejak 5 Agustus-13 Oktober 2010.

Selain aksi evakuasi korban, kiprah Presiden Chile Sebastian Pinera juga menjadi sorotan dunia. Pinera terjun langsung ke lokasi tambang dan selalu mengumumkan perkembangan terakhir operasi penyelamatan.

Bahkan pada saat 33 pekerja diangkat satu per satu, dia rela tidak cukup tidur sepanjang malam agar bisa melihat satu per satu penambang yang diselamatkan. Pinera memeluk para pekerja tambang begitu keluar dari dalam lubang.

Menurut Anggota Komisi VII DPR, Effendi Simbolon sikap Presiden Chile tersebut patut ditiru oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Itu perlu ditiru, mungkin tidak harus ada di lokasi siang dan malam. Tapi paling tidak datang ke sana," kata Effendi saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (18/5/2013).

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia Achmad Ardianto menilai pemerintah melalui Kementerian Energi Sumber Daya Mineral sudah cukup sigap dalam menangani kasus ini, dengan langsung mengirimkan tiga orang inspektur tambang pada malam kejadian.

"Saya rasa Presiden SBY tidak perlu turun tangan karena sudah ditangani profesional," tuturnya.

Sekadar informasi, sebanyak 38 pekerja Freeport tertimbun reruntuhan sebagian terowongan yang runtuh di area pelatihan Big Gossan pada Selasa, 14 Mei 2013, pukul 07.30 pagi waktu setempat (WIT).

Dari 38 pekerja Freeport yang terjebak di reruntuhan terowongan, hingga kini baru sekitar 10 orang selamat, lima orang meninggal dunia, dan masih belum ditemukan 23 orang.

Kepala Teknik Tambang Freeport Indonesia Nurhadi Sabirin, sebelumnya menyatakan pihaknya telah menerjunkan sejumlah tenaga ahli dan peralatan kelas dunia untuk mencari 23 pekerja yang belum ditemukan.

"Kami sudah mengerahkan sejumlah ahli beserta perlengkapan berkelas dunia agar dapat menyelesaikan penyelamatan ini secepat mungkin," kata Nurhadi.

Dia menjelaskan, insiden runtuhnya bebatuan ini berasal dari bagian atas fasilitas dan masih terus berjatuhan, mengakibatkan semakin lambatnya proses penyelamatan untuk dapat mencapai para pekerja yang terperangkap.

Perseroan terus berupaya 24 jam tanpa henti dengan cepat dan aman hingga dapat menyelamatkan jiwa mereka. Namun semakin banyak waktu yang dibutuhkan dapat memperkecil kemungkinan adanya pekerja yang selamat.

"Kami minta dukungan semua pihak dan doanya untuk rekan-rekan kerja kita beserta keluarganya," kata Nurhadi. (Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini