Sukses

Pertamina Tolak Ikut Lelang Penyaluran BBM Penugasan

Pada tahun ini BPH Migas mengalokasikan BBM jenis Premium penugasan 7,5 juta kilo liter (kl) dan Solar subsidi 15,9 juta kl untuk disalurkan oleh Pertamina.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) menolak untuk ikut dalam lelang penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium penugasan. 
 
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, seharusnya penyaluran BBM penugasan dilakukan‎ dengan cara penunjukan langsung oleh Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), bukan dengan cara mengikuti lelang.
 
 
"Kalau barang penugasan tidak lelang lagi. Kan jadi aneh kok BUMN ikut lelang," kata Massa, dalam rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/3/2018).
 
Menurut dia, dengan penunjukan langsung, Pertamina bisa terhindar dari masalah di kemudian hari. Pasalnya, saat ini menyalurkan Premium penugasan sudah jelas menanggung kerugian.
 
"Kalau rugi ya kita jalankan, enggak logis bahan rugi ikut lelang. Kita siap menerima penugasan sesuai ketentuan berlaku," tegas dia.
 
Menurut Massa, meski mengalami kerugian dalam menyalurkan Premium penugasan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina akan siap menjalankannya. Pasalnya, hal tersebut sudah menjadi kewajiban Pertamina meski rugi.
 
‎"Waktu itu kita menerima penugasan itu akta kita, kalau diberi penugasan tidak boleh menolak, itu marwahnya ‎Pertamina," kata dia.
 
Untuk diketahui, pada tahun ini BPH Migas mengalokasikan BBM jenis Premium penugasan 7,5 juta kilo liter (kl) dan Solar subsidi 15,9 juta kl untuk disalurkan oleh Pertamina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertamina Rugi Rp 3,9 Triliun Imbas Harga BBM Tak Naik

PT Pertamina (Persero) menanggung kerugian sebesar Rp ‎3,9 triliun pada Januari-Februari 2018. Ini akibat menjual harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Solar bersubsidi yang harganya tidak disesuaikan pergerakan minyak dunia.

Direktur Pemasaran PT Pertamina M Iskandar‎ mengatakan, Premium dan Solar subsidi yang ditetapkan sejak April 2016 sampai saat ini mengacu pada harga minyak dunia pada kisaran US$ 44 per barel, Sedangkan harga minyak dunia sudah berada di level US$ 60 per barel.

Pertamina menanggung kerugian lantaran tidak disesuaikan harga Premium dan Solar subsidi. Iskandar menyatakan, kerugian yang ditanggung Pertamina atas penyaluran Premium dan Solar subsidi ‎tanpa ada penyesuaian harga mencapai Rp 3,9 triliun.

"Kerugian biaya sampai Februari kita bicara 2018 secara formula potensial loss Januari - Februari Rp 3,9 triliun," kata Iskandar, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (19/3/2018).

Iskandar mengungkapkan, kerugian tersebut  sudah termasuk penyaluran Premium di luar wilayah penugasan atau Jawa, Madura dan Bali (Jamali). Sedangkan jika hanya di wilayah penugasan luar Jamali kerugian mencapai Rp 3,49 triliun.

"Ini dari penugasan Premium dan Solar Subsidi Rp 3,49 triliun. Hanya 2 bulan saja Rp 3,49 triliun kalau tambah Premium Jamali Rp 3,9 triliun, " ujar dia.

Iskandar menuturkan, kerugian Pertamina diperkirakan dapat mencapai Rp 24 triliun. Kondisi itu terjadi jika harga Premium dan Solar bersubsidi tidak disesuaikan sampai akhir tahun dengan kondisi harga minyak dunia tidak bergerak dari level US$ 60 per barel,

"Sampai Desember tidak ada penurunan harga crude. Kalau tambah Lebaran 5-7 persen karena masa satgas, sekitar Rp 24 triliun kurang lebih," ujar dia.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.