Sukses

Wall Street Melemah Terseret Saham Apple

Pada wall street, tercatat jika Dow dan S & P 500 mengalami penurunan persentase harian terbesar sejak 5 September.

Liputan6.com, New York - Wall Street turun dari rekor tertingginya, di mana indeks Dow dan S&P 500 mencatatkan persentase penurunan satu hari terbesar dalam kurun sekitar lima bulan, terbebani penurunan saham Apple.

Saham Apple (AAPL.O) turun 2,1 persen seiring berita bahwa perusahaan akan memangkas separuh produksi smartphone Intel X999 miliknya. Rencananya,  perusahaan akan melaporkan perolehan laba pada Kamis.

Melansir laman Reuters, Dow Jones Industrial Average turun 177,23 poin atau 0,67 persen menjadi 26.439,48. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 19,34 poin atau 0,67 persen menjadi 2.853,53 dan Nasdaq Composite melemah 39,27 poin atau 0,52 persen menjadi 7.466,51.

Tercatat, Dow dan S & P 500 mengalami penurunan persentase harian terbesar sejak 5 September. Namun S&P 500 masih naik 6,7 persen sejak akhir 2017.

"Pasar merespons pertanyaan tentang pendapatan Apple, khususnya terkait penjualan iPhone X," kata Bucky Hellwig, Wakil Presiden Senior BB & T Wealth Management di Birmingham, Alabama.

Adapun indeks teknologi S&P melemah 0,9 persen dan merupakan hambatan terbesar setelah sebelumnya indeks ini mencapai posisi terkuatnya sejak 2016 dalam empat minggu.

Pada minggu ini, pasar akan dipengaruhi beberapa hal, seperti rencana pertemuan Federal Reserve, serta laporan kinerja perusahaan di Amerika seperti Amazon.com (AMZN.O), Alphabet (GOOGL.O) dan Facebook (FB.O).

Selain saham Apple, saham telekomunikasi juga tergelincir seiring laporan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan untuk membangun jaringan nirkabel 5G. Saham AT & T (T.N) turun 1,5 persen, Verizon (VZ.N) tergelincir 1,1 persen dan Sprint (S.N) mundur 1,9 persen.

Namun saham Dr Pepper Snapple Group (DPS.N) justru melompat ke level tertinggi sepanjang masa setelah pembuat K-cup Keurig Green Mountain mengatakan akan membeli perusahaan tersebut dalam sebuah kesepakatan senilai lebih dari US$ 21 miliar. Saham tersebut berakhir naik 22,4 persen menjadi US$ 117,07.

Sekitar 7,1 miliar saham berpindah tangan di bursa AS. Itu dibandingkan dengan rata-rata harian 6,9 miliar per hari dalam 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wall Street Cetak Rekor Tersengat Saham Intel

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mampu mencatatkan penguatan dengan indeks saham Dow Jones dan S&P 500 cetak rekor. Laporan keuangan perusahaan terutama dari Intel dan AbbvVie jadi katalis positif.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 221,23 poin atau 0,84 persen ke posisi 26.614,02. Indeks saham Dow Jones menguat 33,54 poin atau 1,18 persen ke posisi 2.872,79. Indeks saham Nasdaq bertambah 94,61 poin atau 1,28 persen ke posisi 7.505.

Tiga indeks saham acuan di wall street pun catatkan penguatan terbaik sejak 2016. Saham Intel melonjak ke posisi US$ 49,95, tertinggi sejak Oktober 2000. Saham Intel naik 9,81 persen usai laporan keuangan mengindikasikan margin tinggi dari bisnis data center.

Selain itu, saham AbbVie menguat 12,68 persen usai produsen obat membukukan kinerja laba naik signifikan. Kinerja keuangan positif itu juga didukung dari reformasi pajak AS dan berharap perseroan catatkan pertumbuhan dividen dan pembelian kembali saham.

"Kinerja keuangan perusahaan menjadi katalis penggerak pasar. Kinerja laba perusahaan menunjukkan prospek pertumbuhan ekonomi masih positif. Prospek pertumbuhan ekonomi akan ditopang reformasi pajak," ujar Brent Schutte, Chief Investment Strategist Northwestern Mutual Wealth Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (27/1/2018).

Pertumbuhan laba kuartal IV 2017 bagi perusahaan yang masuk indeks S&P 500 diperkirakan tumbuh 13,2 persen. Angka ini naik dari prediksi awal tahun. 133 perusahaan sudah sampaikan laporan keuangan, 79,7 persen mencatatkan kinerja pertumbuhan laba melebihi harapan.

Sementara itu, Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) naik 2,6 persen pada kuartal IV. Pertumbuhan PDB ditopang dari belanja konsumen menguat dalam tiga tahun ini. Hal tersebut ditunjukkan dari meningkatnya impor.

"Meski pun data GDP mengecewakan dari perspektif ekonomi tetapi manufaktur dan konsumsi membaik pada saat bersamaan. Selain itu global juga membaik sehingga ada potensi pertumbuhan PDB ke depan," jelas Schutte.

Sementara itu, dolar AS melemah mendukung perusahaan multinasional. Dolar AS turun 0,59 persen terhadap mata uang utama lainnya. Dolar AS catatkan kinerja buruk sejak Mei usai pernyataan pejabat AS soal dolar AS melemah.

Adapun indeks sektor saham perawatan kesehatan mencetak kenaikan terbaik dengan tumbuh 1,62 persen. Indeks sektor saham perawatan kesehatan catatkan performa terbaik di antara sektor saham lainnya di wall street.

Kemudian saham Pfizer naik 4,14 persen usai regulator Eropa merekomendasikan perluasan pemasaran obat diabetes yang dikembangkan Perseroan dan Merck. Saham Merck pun naik 0,82 persen. Sementara itu, saham Starbucks turun 4,99 persen usai pertumbuhan penjualan secara global bakal turun.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagai dalam pe

    Saham

  • Wall Street