Sukses

Pernyataan Menteri Rusia Dorong Harga Minyak Naik

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Rusia pada akhir 2016, mencapai kesepakatan untuk mengurangi 1,8 juta barel minyak mentah per hari.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik setelah menteri minyak Rusia mengatakan pasokan minyak mentah global dalam kondisi belum seimbang. Ini mengurangi kekhawatiran pasar tentang ketidakpastian kesepakatan OPEC untuk mengurangi produksi.

Melansir laman Reuters, Sabtu (13/1/2018), harga minyak mentah Brent naik 61 sen menjadi US$ 69,87 per barel. Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) naik 50 sen menjadi US$ 64,30 per barel.

WTI mencapai level terkuatnya sejak akhir 2014 di posisi US$ 64,77 pada hari Kamis. Untuk minggu ini, Brent naik 3,3 persen, WTI melonjak 4,7 persen.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan menteri dari OPEC dan non-OPEC akan membahas kemungkinan untuk menyudahi kesepakatan dalam sebuah pertemuan yang akan datang. Meski kemudian dia mengatakan bahwa pihaknya melihat surplus pasar menurun, namun pasar belum sepenuhnya seimbang.  

Komentar ini membuat harga naik, rebound dari penurunan sebelumnya, meskipun pasar belum mencapai ketinggian yang disentuh pada hari Kamis, ketika minyak mentah Brent mencapai US$ 70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2014.

Adapun Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Rusia pada akhir 2016, mencapai kesepakatan untuk mengurangi 1,8 juta barel minyak mentah setiap hari. Ini akan berlangsung hingga akhir 2018.

Novak mengatakan harga minyak saat ini bersifat jangka pendek. Pihaknya akan membahas situasi tersebut dalam sebuah pertemuan komite pemantauan menteri di Oman, yang dijadwalkan pada 21 Januari.

Kepala Eksekutif Lukoil Rusia Vagit Alekperov mengatakan Rusia - bagian dari kesepakatan global dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak untuk mengurangi pasokan - harus mulai keluar dari pakta ini jika harga minyak mentah tetap pada US$ 70 per barel selama lebih dari enam bulan.

Namun negara-negara penghasil minyak utama ini khawatir, jika harga minyak tetap berada di dekat level ini, bisa memacu produksi tambahan dari AS dan Texas Utara. Kondisi ini bisa berdampak ke pasar seiring terjadinya tambahan pasokan, dan melukai pangsa pasar OPEC.

Perusahaan energi AS mencatat adanya kenaikan jumlah rig hingga 10 padaminggu ini, kenaikan terbesar sejak Juni. Sehingga jumlah total rig yang beroperasi menjadi 752, terbesar sejak September, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes (GE.N).

Fatih Birol, kepala Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris, mengatakan harga minyak di posisi US$ 65 sampai US$ 70 berisiko meningkatkan kelebihan pasokan dari drilling shale di AS.

Produksi minyak mentah AS turun dalam minggu terakhir mencapai 300 ribu barel per hari menjadi sekitar 9,5 juta barel per hari, akibat musim dingin.

Departemen Energi AS mengharapkan produksi akan melonjak sampai 10 juta bpd dalam beberapa bulan ke depan, dalam perjalanan menuju 11 juta barel per hari pada tahun depan. Produksi ini untuk menandingi Rusia dan Arab Saudi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Sempat Sentuh US$ 70 per Barel

Harga minyak naik satu persen ke level tertinggi dalam tiga tahun. Harga minyak Brent sentuh level US$ 70 per barel, ini menunjukkan suplai ketat dan Amerika Serikat (AS). Pemangkasan produksi oleh OPEC diharapkan juga mendukung harga minyak.

Harga minyak Brent melonjak ke level US$ 70,05 per barel, tertinggi sejak November 2014. Pada pukul 12.54 waktu setempat, harga minyak berada di level US$ 69,76 atau susut 0,8 persen. Harga minyak Brent naik lima persen sejak awal tahun. Analis menyatakan, perlu sentimen dari Timur Tengah untuk pertahankan harga minyak US$ 70 per barel.

Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 86 sen atau 1,4 persen ke posisi US$ 64,43. Level itu tertinggi sejak Desember 2014.

"Pasokan AS masuk level terendah sejak Agustus 2015. OPEC juga mendekati level target pemangkasan produksi minyak," ujar Analis PVM Oil Asscociates Tamas Varga, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (12/1/2018).

Pada Rabu, the US Energy Information Administration menyatakan, pasokan minyak turun hampir lima juta barel menjadi 419,5 juta barel pada pekan lalu. Produksi melambat hampir 300 ribu barel per hari. Analis memperkirakan hal itu didorong cuada dingin ekstrem di AS pada pekan lalu.

Sentimen positif lain yang mendukung harga minyak yaitu dari perusahaan Genscape memperkirakan lebih dari 3,5 juta minyak dari Cushing Oklahoma berkontribusi terhadap minyak AS.

"Penurunan pasokan minyak AS yang mantap, permintaan kilang yang terus menerus tinggi dan ekspor meningkat telah jadi sentimen kuat di pasar," ujar John Kilduff, Partner Again Capital LLC.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.