Sukses

Menko Luhut: Krisis 10 Tahunan Tak Bakal Mampir ke RI

Belum ada indikator yang menunjukan jika perekonomian Indonesia bermasalah.

Liputan6.com, Jakarta - Para pelaku ekonomi sedikit cemas di tahun ini. Alasannya, 2018 kerap dihubungkan dengan krisis 10 tahunan seperti yang terjadi di 1998 dan 2008.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan, krisis ekonomi tak akan mampir ke Indonesia pada tahun ini. Alasannya, hingga saat ini tidak ada tanda jika siklus krisis akan terulang. Ibaratnya, seperti orang sakit. Sebelum sakit datang, pasti ada gejalanya.

"Pernyataan tersebut sangat tidak betul. Sampai detik ini, Saya tidak melihat ada tanda-tanda ekonomi kita akan bermasalah. Sama sekali tidak ada. Sebab kalau ekonomi nasional kita akan bermasalah pasti ada tandanya, seperti layaknya orang sakit pasti ada gejala-gejala yang mengawalinya," papar dia dikutip Liputan6.com dari tulisannya yang bertajuk Sebuah Catatan di Awal Tahun, Senin (8/1/2018).

Belum ada indikator yang menunjukan jika perekonomian Indonesia bermasalah. Lembaga pemeringkat internasional pun tak ada yang memberikan peringkat buruk pada Indonesia.

Justru yang terjadi peringkat atas Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal itu menunjukan jika ekonomi Indonesia dalam keadaan sehat sejalan dengan stabilitas politik dan keamanan nasional.

Dia menambahkan, bahkan Indonesia diramal masuk dalam 5 besar kelompok ekonomi dunia.

"Hal ini sejalan dengan ramalan The World Economic Forum dan PricewaterhouseCoopers yang memproyeksikan Indonesia pada 2030 akan memiliki GDP (Gross Domestic Product) di peringkat 5 dunia, yakni sebesar US$ 5,424 triliun," jelas dia. 

Angka tersebut di atas GDP negara maju seperti Jerman atau Prancis. Nomor 1 adalah Tiongkok dengan US$ 38,008 triliun, sedangkan di posisi kedua adalah Amerika Serikat dengan US$ 23,475 triliun.

Luhut bilang, ekonomi Indonesia sedang menuju perbaikan. Artinya, program yang dijalankan pemerintah saat ini sudah benar. Mulai dari program pembangunan infrastruktur di kota maupun pedesaan, penyaluran dana desa, pengembangan pertanian, program Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, sampai Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera.

"Hal ini terlihat dari gini ratio yang terus menurun. Berdasarkan data BPS, koefisien gini September 2014 masih di angka 0,414. Angka ini bertahap menurun hingga Pada September 2017 menjadi 0,391," jelasnya.

Sebaliknya, Luhut berpendapat, siklus bisnis di Indonesia sebenarnya mengalami perlambatan ekonomi terjadi rata-rata 7 tahunan, bukan 10 tahunan. Artinya, seharusnya terjadi pada tahun 2016.

"Ketika perlambatan hampir terjadi, waktu itu pemerintah mempercepat belanja infrastruktur dan pencairan program-program yang menyentuh kemiskinan, serta mengendalikanharga pangan. Kemudian ketika inflasi stabil di angka rendah, suku bunga diturunkan. Mungkin sebagian dari kita tidak sadar bahwa di 2016 kita telah lolos dari resesi," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bos BI yakin RI Tak Bakal Kena Krisis 10 Tahunan

Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa fundamental perekonomian nasional saat ini dalam kategori sehat dan terjaga dengan baik. Dengan kondisi tersebut, Indonesia akan mampu menghadapi potensi terjadinya krisis 10 tahunan, seperti di periode 1998 dan 2008.

"Tidak, tidak (krisis 10 tahunan). Secara umum kondisi kita (saat ini) dibanding 1998 dan 2008 sudah sama sekali berbeda," tegas Gubernur BI, Agus Martowardojo saat ditemui di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (3/1/2018).

Dia menjelaskan, indikator ekonomi Indonesia, seperti inflasi terkendali. Pada Desember 2017, realisasi inflasi sebesar 0,71 persen, sedangkan inflasi tahun kalender dari Januari-Desember lalu tercatat sebesar 3,61 persen.

"Kita sambut baik realisasi inflasi di Indonesia selama tiga tahun terakhir sesuai target," ujar mantan Menteri Keuangan itu.

Indikator lainnya, ucap Agus, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,7 persen sepanjang 2017. Sementara tahun lalu, terjadi penguatan 2,3 persen.

Nilai tukar rupiah terjaga. Volatilitas (gejolak) rupiah sepanjang 2017 di kisaran 3 persen, sedangkan tahun sebelumnya di kisaran 8 persen. Ia menjelaskan, hal ini menunjukkan bahwa stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan Indonesia terjaga.

Ekonomi Indonesia yang terpoles positif ini, ucap Agus, mendapatkan respons dari Fitch yang mengafirmasi peringkat surat utang Indonesia ke level BBB dengan outlook stabil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.