Sukses

Harga Minyak Cetak Rekor Imbas Penangkapan Pangeran Arab Saudi

Harga minyak naik ke level tertinggi sejak Juli 2015 pada perdagangan kemarin

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik ke level tertinggi sejak Juli 2015 pada perdagangan kemarin. Hal ini ditopang oleh kemampuan dari Putra Mahkota Arab Saudi dalam memberantas korupsi.

Harga minyak Amerika Serikat West Texas Intermediate memecahkan level US$ 56 per barek untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, setelah Pangeran Mohammed bin Salman menangkap beberapa pangeran menteri juga investor termasuk Pangeran Alwaleed bin Talal.

Sementar harga minyak mentah acua dunia Brent naik 3 persen untuk menetap di level US$64,03 per barel.

Pangeran Mohammed bin Salman melakukan reformasi termasuk rencana untuk listing perusahaan minyak Saudi Aramco tahun depan. Harga minyak yang tinggi menjadi keuntungan untuk kapitalisasi pasar perusahaan tersebut.

Hanya dalam itungan jam setelah didirikan, lembaga antikorupsi Arab Saudi yang dipimpin Putra Mahkota Mohammed bin Salman melakukan penangkapan besar-besaran.

Sebanyak 11 pangeran, empat menteri, dan belasan mantan menteri ditahan pada Sabtu malam 4 November 2017. Salah satunya adalah Pangeran Alwaleed bin Talal, yang namanya masuk daftar orang terkaya di dunia versi Forbes.

Penangkapan bos King Holding Company tersebut diungkap salah satu bawahannya, secara anonim, kepada The Associated Press.

Menggunakan bendera King Holding Company, Pangeran Alwaleed bin Talal diketahui punya investasi di sejumlah perusahaan ternama seperti Twitter, Apple, News Corporation, Citigroup, jaringan hotel Four Seasons, dan perusahaan layanan berbagi transportasi asal Amerika Serikat Lyft.

Alwaleed adalah cucu dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz al-Saud, dan keponakan raja yang menjabat saat ini, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini