Sukses

Generasi Milenial Anggap Ekonomi RI Saat Ini Jauh Lebih Baik

Optimisme kaum milenial terhadap kondisi ekonomi ini bukan karena faktor kebijakan yang dikeluarkan pemerintah selama ini.

Liputan6.com, Jakarta Kondisi perekonomian Indonesia saat ini turut menjadi perhatian generasi muda dengan rentang usia 17 tahun-29 tahun, atau lebih dikenal dengan kaum milenial.

Berdasarkan survei yang digelar The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) terhadap 600 orang milenial dari 34 provinsi, sebanyak 47,8 persen menyatakan kondisi ekonomi nasional saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 5 tahun sebelumnya.

Dari survei tersebut, sebanyak 17 persen kaum milenial menyebut kondisi ekonomi saat ini lebih buruk. Sedangkan 33,8 persen menilai tidak ada perubahan terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Pengamat Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri mengatakan, optimisme kaum milenial terhadap kondisi ekonomi ini bukan disebabkan faktor kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah selama ini.

Menurut dia, hal tersebut lebih karena kaum milenial percaya akan kemampuan diri sendiri guna meningkatkan kondisi ekonominya.

"Optimis terhadap kondisi ekonomi, mungkin karena mereka mampu. Bukan karena kebijakan pemerintah tetap lebih kepada kemampuan diri sendiri, bahwa saya mampu bekerja, mampu mempunyai ekonomi yang lebih baik. Jadi lebih bersifat individual," ujar dia di kantor CSIS, Jakarta, Jumat (3/11/2017).

Selain itu, survei juga menyatakan 72,7 persen kaum milenial menganggap kondisi pembangunan nasional saat ini lebih baik dibandingkan dengan 5 tahun lalu. Sedangkan yang 6,2 persen menyatakan kondisi pembangunan lebih buruk dan 16 persen menyatakan tidak ada perubahan.

Sementara dalam hal kondisi ekonomi keluarga saat ini, 47,8 persen kaum milenial menyatakan lebih baik dibandingkan 5 tahun lalu. Hanya 15,2 persen yang menyatakan lebih buruk dan 37 persen menyatakan tidak ada perubahan.

"Mungkin ini terjadi karena kebanyakan dari mereka masih kuliah atau masih tergantung dari keluarga, dan keluarganya mendapatkan perekonomian yang lebih baik, sehingga tidak terlalu terasa masalah-masalah ekonomi bagi mereka," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonomi Indonesia Terus Menanjak hingga Akhir Tahun

Perekonomian Indonesia diproyeksi terus membaik hingga akhir tahun. Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi kuartal III 2017 sebesar 5,1-5,2 persen. Lalu, meningkat menjadi 5,3-5,4 persen di kuartal IV 2017.

Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam acara Economic & Capital Market Outlook 2018 di Jakarta, Selasa (31/10/2017). "Bagi BI kuartal III antara 5,1-5,2 persen dan kuartal IV 5,3-5,4 persen," ujar dia.

Pertumbuhan ekonomi nasional ditopang pengeluaran pemerintah yang lebih besar. Meski demikian, dia mengakui pengeluaran pemerintah hanya menopang sebagian pertumbuhan ekonomi. "Pengeluaran pemerintah lebih besar, tapi kan APBN itu kan hanya 10-12 persen dari PDB," ujar dia.

Mirza melanjutkan, perekonomian akan didorong sektor komsumsi rumah tangga dan ekspor, serta didorong sektor investasi.

"Kami lihat ada recovery di bidang investasi. Di situ gabungan ada investasi swasta dan BUMN dan ada recovery di sektor ekspor juga sudah recovery. Dan di pengeluaran rumah tangga recovery," ucap dia.

Ekonomi nasional telah mengalami tantangan yang cukup berat. Terlebih karena imbas pelemahan harga komoditas. Harga komoditas, ucap Mirza, terlihat membaik, sehingga menopang perekonomian di berbagai wilayah Indonesia.

"Sumatera kan pernah tumbuh 3 persen dan sekarang ekonomi Sumatera sudah 4 persen. Bahkan, beberapa provinsi sudah mendekati 5 persen. Dan Kalimantan Timur pernah negatif, itu sudah positif," ujar dia.

Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di 2018 mencapai 5,4 persen. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, ada dua hal yang akan digenjot pemerintah pada tahun depan. Dua hal tersebut, yaitu ekspor dan investasi.

"Di APBN jelas, kita akan inflasi terus di bawah 4 persen. Nah, pertumbuhan ekonomi 5,4 persen, ya artinya kita harus kerja keras. Dua hal yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertama, ekspor. Kedua, investasi," ujar dia.

Untuk ekspor, pemerintah tengah berupa untuk membuka pasar-pasar baru di negara-negara kawasan Afrika dan Asia. Dengan melakukan diversifikasi pasar, diharapkan dapat meningkatkan ekspor Indonesia serta membuat kinerja ekspor menjadi lebih baik.

"Ini harus digenjot terus, sekarang sudah mulai kelihatan pasar-pasar nontradisional. Yang dulu enggak pernah kita perhatikan, sekarang mulai kelihatan bahwa lonjakannya di situ lumayan baik," kata dia.

Selain ekspor, yang tak kalah pentingnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan investasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi berkualitas dan tidak hanya mengandalkan konsumsi dalam negeri.

"Kedua, tetap, kuncinya di investasi. Dua hal ini yg menjadi kunci pertumbuhan itu bisa tercapai atau tidak. Kita memang ingin menggeser dari pertumbuhan yang ketergantungannya pada konsumsi, kepada pertumbuhan yang lebih berkualitas, geser ke arah-arah yang yang produktif, ke arah produksi. Dua hal ini yang menjadi kunci pertumbuhan itu bisa tercapai atau tidak," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.