Sukses

Ini Sebab Kredit Perbankan Masih Rendah

Agar permintaan kredit perbankan bisa tumbuh tinggi, maka perlu ada langkah pemerintah yang bisa menimbulkan kepercayaan dari pelaku susah.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyatakan tingkat pertumbuhan kredit perbankan masih rendah. Hingga Juli 2017, BI mencatat jumlah kredit perbankan sebesar Rp 4.494 triliun atau tumbuh 7,9 persen (year on year).

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, rendahnya pertumbuhan kredit ini lantaran kalangan dunia usaha masih ‎berhati-hati dalam melakukan ekspansi bisnis. Hal tersebut membuat permintaan kredit dari sektor usaha melambat.

"Memang di kalangan dunia usaha yang terjadi adalah kehati-hatian. Kondisi wait and see. Kalau lihat DPK (dana pihak ketiga) di perbankan naik dalam 6 bulan terakhir dari tahun ini. Jadi ini menyangkut keyakinan dari pelaku usaha dan kelas menengah terhadap kondisi ekonomi," ujar dia di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (27/9/2017).

Menurut Hariyadi, saat ini para pelaku usaha masih melihat kondisi ekonomi serta daya beli masyarakat yang kerap kali disebut menurun.

"Mereka melihat dari data juga. Kalau lihat perusahaan yang produksi barang, konsumsi masyarakat menunjukan ada yang negative growth. Jangan-jangan karena daya beli nih. Jadi semua pihak khawatir. Kami yakini kalau ekonomi tumbuh oleh kelas menengah kita masih akan tertolong," dia menjelaskan.

Sebab itu, lanjut Hariyadi, agar permintaan kredit perbankan bisa tumbuh tinggi, maka perlu ada langkah pemerintah yang bisa menimbulkan kepercayaan dari pelaku susah. Selain itu, pemerintah juga harus mampu membuka lapangan lebih banyak untuk mendorong peningkatan kredit konsumsi.

"Kalau mereka yakin, untuk penyaluran kredit pasti (naik). Nah sekarang kan juga penyalurannya masih single digit kan. Itu memang perlu confidence. Tapi tetap isu lapangan kerja jadi isu utama. Sekarang kan diomongin tapi nggak dikerjain karena nggak ada upaya serius oleh pemerintah untuk penciptaan lapangan kerja. Kita harapkan investasi. Tapi BKPM saja bilang kenaikan invest nggak diikuti oleh kualitas penyerapan tenaga kerja. Jadi tetep masalah ini jadi sangat utama," tandas dia.

Tonton Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.