Sukses

Sri Mulyani: Ancaman Geopolitik Saat Ini Trump dan Kim Jong-un

AS dan Korut awalnya tidak pernah muncul dalam peta geopolitik dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut ancaman geopolitik dunia saat ini adalah ketegangan hubungan antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un. Kondisi ini dapat memengaruhi perekonomian global.

"Dulu saat 2015, kalau bicara geopolitik Ukraina, ISIS. Tapi hari ini geopolitikal di 2017 adalah Presiden Trump dan Kim Jong-un. Dua pemimpin yang keduanya pegang nuklir, dan sangat sulit diprediksi," kata Sri Mulyani di Jakarta, seperti ditulis Sabtu (9/9/2017).

AS dan Korut awalnya tidak pernah muncul dalam peta geopolitik dunia. Namun, kini keduanya menjadi sorotan pemimpin dan masyarakat dunia.

"Tiongkok dulu hadir di Laut Cina Selatan dengan kekuatan militer yang luar biasa di wilayah Asia ini. Maklum saja, ekonomi Tiongkok nomor 2 terbesar di dunia. Sehingga setiap pertemuan di Beijing atau Washington, bicara security, maka jangan sampai AS dan Tiongkok misunderstanding, dan akhirnya perang karena Asia dianggap kawasan paling aman," jelasnya.

Sri Mulyani mengatakan, negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) harus mampu menjaga kekompakan sehingga bisa menjadi penyeimbang di tengah geopolitik yang tengah memanas. Termasuk Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN.

"Kalau bisa jaga kekompakan, ASEAN bisa jadi penyeimbang," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rudal Korut

Korea Selatan memprediksi Korea Utara akan kembali melakukan uji coba rudal pada 9 September, bertepatan dengan hari nasional berdirinya Republik Rakyat Demokratik Korea. Hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Korsel Lee Nak-yon.

"Situasi kini sangat genting. Sepertinya tidak banyak waktu yang tersisa sebelum senjata nuklir Korut mencapai tahap sempurna," demikian disampaikan PM Lee di Seoul, seperti dikutip dari CNN.

"Tindakan khusus sangat dibutuhkan untuk menghentikan kecerobohan mereka," imbuhnya.

Sementara itu, bagian akhir dari sistem pertahanan rudal AS, THAAD, dilaporkan telah tiba di sebuah pangkalan militer di Korea Selatan di tengah aksi protes warga.

Warga bentrok dengan polisi antihuru-hara saat mereka berusaha memblokir jalan untuk mengangkut empat peluncur pencegat rudal THAAD ke pangkalan militer di Seongju -- sekitar 300 kilometer di selatan Seoul. Sebelumnya, tepatnya sejak Mei lalu di lokasi tersebut telah beroperasi dua peluncur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.