Sukses

IMF: Pemulihan Ekonomi Global Terus Berlanjut

Ketegangan geopolitik bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi global.

Liputan6.com, Jakarta - International Monetary Fund (IMF) menyatakan bahwa pemulihan ekonomi global berjalan dengan baik. Namun bukan berarti segala risiko yang menghambat pertumbuhan ekonomi dunia telah hilang.

Kepala Ekonom IMF Maury Obstfeld menjelaskan, IMF telah melakukan perhitungan kembali pertumbuhan ekonomi terbaru dengan melihat komponen-komponen baru. Dalam perhitungan tersebut, ia memastikan bahwa pemulihan ekonomi global terus berlanjut.

Sayangnya, Obstfeld belum mau mengungkapkan berapa perkiraan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini maupun pada tahun depan. Melihat ke belakang, pada Juli lalu IMF telah merilis riset baru mengenai pertumbuhan ekonomi global.

Dalam riset tersebut diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2017 ini akan berada di kisaran 3,5 persen. Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi global di tahun depan akan berada di kisaran 2,5 persen.

"Perhitungan baru kami menggunakan basis yang lebih luas dengan cara yang belum pernah terjadi dalam satu dekade ini," jelas Obstfeld dalam wawancara di sela-sela acara pertemuan bank sentral global di Jackson Hole, Wyoming, AS, seperti dikutip dari CNBC, Senin (28/8/2017).

Namun bulan berarti negara-negara di dunia tidak perlu khawatir mengenai adanya penghambat pertumbuhan ekonomi ke depan. "Ketegangan politik bisa menghambat perbaikan ekonomi," jelas dia.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

AS dan Inggris

Pada Juli lalu, IMF memang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari dua negara besar yaitu Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Hal ini dilakukan menyusul menurunnya kinerja ekonomi dua negara tersebut dalam tiga bulan terakhir.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di AS dan Inggris menurun di luar perkiraan. IMF pada April kemarin memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Inggris di angka 2 persen. Namun angka proyeksi tersebut akhirnya dipangkas ke 1,7 persen pada Juli kemarin.

Sedangkan untuk tahun depan, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Inggris berada di angka 1,5 persen sama seperti rilis April lalu.

Hal yang sama juga terjadi pada AS. Pada publikasi Juli kemarin, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara yang dipimpin oleh Donald Trump tersebut sebesar 2,1 persen, lebih rendah dari rilis April lalu 2,3 persen. Untuk tahun depan, IMF menurunkan proyeksi dari 2,5 persen menjadi 2,1 persen.

Menurut IMF, penurunan proyeksi pertumbuhan AS tahun ini disebabkan lemahnya pertumbuhan di kuartal pertama. Dari tahun ke tahun, kebijakan fiskal yang kurang ekspansioner dan cenderung tidak ada kepastian menjadi faktor utama adanya revisi pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam ini.

"Ekspektasi pasar stimulus juga melemah," tulis IMF.

Lebih lanjut IMF menjelaskan, pilihan kebijakan akan sangat penting dalam membentuk pandangan dan mengurangi risikonya. Laporan tersebut mencatat bahwa normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju, terutama Amerika Serikat, dapat memicu pengetatan yang lebih cepat dari perkiraan dalam kondisi-kondisi keuangan global.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.