Sukses

Sediakan Air Minum Buat Jakarta, Pemerintah Anggarkan Rp 16 T

Pembangunan SPAM Jatiluhur I diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp 4 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan beberapa langkah untuk mengatasi penurunan permukaan tanah (land subsidence) di utara Jakarta. Salah satu langkah tersebut adalah membangun tiga Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan nilai investasi mencapai Rp 16 triliun. 

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, mengungkapkan, salah satu penyebab turunnya permukaan tanah di Jakarta adalah karena penggunaan air tanah yang berlebihan. Selama ini, air baku untuk wilayah Jakarta dipasok dari Bendungan Jatiluhur dan air tanah. Untuk menjaga air tanah, pasokan air baku harus cukup.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Sri Hartoyo, mengatakan, pemerintah terus berupaya menambah pasokan kebutuhan air baku DKI Jakarta melalui jaringan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).

Untuk menambah pasokan air baku Jakarta akan dibangun SPAM Jatiluhur tahap I dengan kapasitas 4.000 liter per detik, SPAM Jatiluhur Tahap II sebesar 5.000 liter per detik, dan SPAM Waduk Karian sebesar 4.200 liter per detik.

Pembangunan SPAM Jatiluhur I diperkirakan membutuhkan investasi sekitar Rp 4 triliun, SPAM Jatiluhur 2 sekitar Rp 6 triliun, dan SPAM dari Waduk Karian sekitar Rp 6 triliun.

"Dengan dibangunnya tiga SPAM ini, diharapkan dapat menambah pasokan kebutuhan air baku Jakarta sebesar 13.200 liter per detik dari kebutuhan air baku total di Jakarta sebesar 20.000 liter per detik,” kata Sri Hartoyo dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu 18/8/2017).

Nantinya setelah tercukupinya kebutuhan air baku DKI Jakarta yang bersumber dari Bendungan Jatiluhur dan Bendungan Karian, Pemerintah akan mengeluarkan aturan yang tegas untuk membatasi penggunaan air tanah di Jakarta. Waduk Karian sendiri saat ini dalam tahap konstruksi dan ditargetkan selesai pada 2019.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.