Sukses

Barclays: Harga Minyak Sulit Naik Lagi

Barclays memperkirakan harga minyak Brent yang menjadi patokan dunia masih akan berada di atas US$ 50 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Riset yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan Barclays menyebutkan bahwa harga minyak bakal kembali tertekan di kuartal III ini. Namun meskipun tertekan, harga minyak masih bisa bertahan di atas US$ 50 per barel. 

Mengutip CNBC, Senin (7/8/2017), harga minyak telah terdorong cukup tinggi sepanjang Juli kemarin. pendorong kenaikan harga minyak adalah kombinasi lingkungan makro yang menguntungkan dengan adanya beberapa sentimen geopolitik.

"Faktor-faktor yang mendorong harga minyak pada Juli lalu tidak akan bertahan lama. Kami memperkirakan harga minyak akan terkoreksi ke bawah selama kuartal ini," tulis riset tersebut.

Namun memang, Barclays memperkirakan harga minyak Brent yang menjadi patokan dunia masih akan berada di atas US$ 50 per barel, bahkan akan melambung tinggi pada kuartal terakhir. Dalam perhitungan mereka, rata-rata harga minyak akan berada di kisaran US$ 54 per barel untuk tiga bulan terakhir tahun ini.

Pada penutupan pekan lalu, harga minyak menguat. Pendorong kenaikan adalah minyak adalah laporan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menguat sehingga mendorong permintaan energi. Meski demikian harga minyak cenderung selama sepekan imbas kenaikan ekspor OPEC dan produksi AS.

Harga minyak Brent menguat 41 sen atau 0,8 persen ke level US$ 52,42 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mendaki 55 sen atau 1,1 persen ke level US$ 49,58.

Selama sepekan kemarin, harga minyak Brent dan WTI masing-masing melemah kurang dari 1 persen. Analis mengatakan, tekanan harga minyak didorong kenaikan produksi AS dan ekspor OPEC.

The Organizaton of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) memimpin untuk pangkas minyak 1,8 juta barel per hari. Sedangkan Rusia, produsen minyak non OPEC membukukan kenaikan ekspor pada Juli 2017. Produksi minyak Rusia juga tumbuh 11,1 persen pada kuartal II 2017.

Ekspor minyak tercatat 26,11 juta per barel pada Juli 2017, dengan kenaikan 370 ribu. Kontribusi terbesar berasal dari Nigeria. Sedangkan produksi minyak AS sentuh posisi 9,43 juta barel per hari dengan kenaikan tertinggi sejak Agustus 2015.

Negara produsen minyak tergabung dalam OPEC dan non OPEC akan mengadakan pertemuan di Abu Dhabi pada 7-8 Agustus 2017. Pertemuan itu mendiskusikan strategi untuk mendorong kepatuhan mengurangi produksi minyak.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.