Sukses

Penuhi Bahan Baku, Pupuk Indonesia Jajaki Kerja Sama dengan Laos

PT Pupuk Indonesia menyatakan kerja sama dengan Laos bisa dalam bentuk perizinan pertambangan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pupuk Indonesia (Persero), melalui anak perusahaannya, PT Pupuk Kujang, tengah menjajaki kerja sama dengan Laos untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pupuk NPK.

Direktur Teknologi Pupuk Indonesia, Djohan Syari mengungkapkan, beberapa waktu lalu jajaran manajemen Pupuk Kujang telah melakukan kunjungan ke Laos untuk meninjau pabrik KCl yang beroperasi di Propinsi Khammouane.

"Laos memiliki sumber potassium yang cukup besar. Barang tambang ini merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan pupuk, yaitu merupakan bahan baku dari unsur KCl dalam pupuk NPK," jelas Djohan di Jakarta, Jumat (28/7/2017).

Ia menjelaskan, kerja sama tersebut bisa diwujudkan dalam beberapa konsep seperti dalam bentuk perizinan pertambangan. Dengan tambang potassium dikelola oleh PT Antam dan kemudian diolah menjadi KCl oleh Pupuk Indoneaia Grup, bisa juga dengan membangun pabrik NPK di Laos agar dekat dengan sumber bahan baku, kemudian urea dan fosfat kami datangkan dari pabrik kita di Indonesia.

Hasil produksi NPK tersebut kemudian dijual di wilayah Laos dan sekitarnya. Djohan menegaskan, ini semua masih dalam tahap penjajakan, tapi sudah mendapat dukungan dari Pemerintah Laos.

"Pertanian Laos sendiri masih banyak membutuhkan pasokan pupuk, terutama urea, karena mereka belum mempunyai pabrik pupuk sehingga semua kebutuhannya masih harus impor. Ini tentunya menjadi peluang pasar bagi Pupuk Indonesia," tambah Djohan.

Melalui Pupuk Kujang, Djohan mengaku siap membantu memberikan pelatihan dan edukasi kepada petani di Laos, khususnya mengenai pola pemupukan berimbang.

Sementara itu, Direktur Utama Pupuk Kujang, Nugraha Budi Eka Irianto mengungkapkan, pihaknya melihat peluang besar di Laos. Saat ini Pupuk Kujang membutuhkan 70.000 ton potasium setiap tahunnya dan selama ini Indonesia mengimpor potasium dari Kanada dan Rusia, sehingga sudah dipastikan biaya operasional cukup tinggi untuk produksinya.

"Dengan adanya perusahaan KCL di Laos, sangat memungkinkan dapat menekan biaya lebih rendah karena lokasinya yang lebih dekat," ujar dia. (Yas)

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.