Sukses

Tiga Pilar Buka-bukaan ke Publik soal Kasus Beras Selasa Esok

Satgas Ketahanan Pangan dan Operasi Penurunan Harga Beras Mabes Polri menggerebek sebuah gudang beras di Bekasi.

Liputan6.com, Jakarta PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) berencana menggelar paparan publik (public expose) pada Selasa esok (25/7/2017). Perseroan akan memberi keterangan terkait masalah yang terjadi pada anak usahanya PT Indo Beras Unggul (PT IBU).Pada Kamis 20 Juli 2017, Tim Satuan Tugas (Satgas) Ketahanan Pangan dan Operasi Penurunan Harga Beras Mabes Polri menggerebek gudang beras milik PT IBU karena diduga melakukan praktik curang penjualan beras."Mengenai hal lain besok, public expose besok," kata Direktur Keuangan Tiga Pilar Sejahtera, Sjambiri Lioe di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Senin (24/7/2017).

Dia menyebutkan, perseroan akan menggelar public expose insidentil pada pukul 08.00-10.00 WIB. Paparan publik ini akan diselenggarakan di Ruang Seminar 2 Tower II BEI.

Sebagai informasi, Tim Satuan Tugas (Satgas) Ketahanan Pangan dan Operasi Penurunan Harga Beras Mabes Polri menggerebek sebuah gudang beras di Jalan Raya Rengas Bandung, Km 60, Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi pada Kamis 20 Juli malam.

Gudang milik PT Indo Beras Unggul itu, diduga melakukan praktik curang penjualan beras. Caranya, dengan mengganti kemasan beras bersubsidi untuk dikemas ulang menggunakan merek barang yang lebih berkualitas. Penggerebekan itu dipimpin langsung Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.

"Mereka membeli beras IR 64, beras yang disubsidi pemerintah. Kemudian dipoles menjadi beras premium dan dijual dengan harga tinggi," kata Menteri Amran di lokasi.

Dengan adanya praktik curang itu, perusahaan tersebut meraup keuntungan hingga triliun rupiah dalam sebulan. Sebab, kata dia, beras subsidi IR 64, yang hanya dibeli seharga Rp 7 ribu, dijual 3 kali lipat atau mencapai Rp 24 ribu per kilogram.

"Jadi ada selisih sekitar Rp 14 ribu. Katakanlah keuntungan Rp 10 ribu saja. Lalu di kali satu juta kilogram, bisa jadi (keuntungan) Rp 10 triliun. Ini yang membuat konsumen menjerit dan membuat petani kita tidak dapat apa-apa," tandas Amran.Tonton video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.