Sukses

RI Manfaatkan Skema Imbal Dagang ke Afrika Selatan

Kemendag akan manfaatkan skema imbal dagang bagi produk yang pengelolaannya masih libatkan peran antarpemerintah.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Afrika Selatan mengelar pertemuan guna membahas kerja sama perdagangan antar kedua negara. Hal ini dalam rangka meningkatkan neraca perdagangan kedua negara.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, untuk memperlancar realisasi ekspor, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan memanfaatkan skema imbal dagang (counter trade) bagi produk yang pengelolaannya masih melibatkan peran antarpemerintah.

Enggartiasto menjelaskan, produk-produk tersebut antara lain produk energi yakni minyak dan gas dari Afrika yang dapat dibarter dengan produk alutsista, transportasi, dan kelapa sawit Indonesia.

"Selain penjajakan PTA, pemerintah juga membantu dari segi government to government lewat skema imbal dagang, serta melalui perwakilan di luar negeri, baik ITPC maupun Atdag," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (23/7/2017).

Sementara itu, Peneliti Institute of Development Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto‎ menilai konsep imbal dagang akan membawa keuntungan bagi kedua pihak. Menurut dia, membuka pasar lewat Afrika Selatan adalah langkah yang tepat, karena Afrika Selatan merupakan negara paling maju di Afrika.

"Konsepnya bagus karena bisa menguntungkan kedua pihak kan harapannya. Kalau di Afrika ya memang yang paling maju itu Afrika Selatan," kata Eko.

Meski demikian, yang menjadi pekerjaan rumah baik bagi Indonesia maupun Afrika Selatan yaitu bagaimana skema kerja sama ini terlaksana sesuai dengan harapan, baik dari segi perdagangan maupun investasi.

"Yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara mengimplementasikannya itu. Ketika kita menyodorkan model skema imbal dagang yang istilahnya fair trade, nanti bagaimana menindak lanjutinya di bawah, baik sifatnya dagang, maupun investasi, karena dua itu pasti terkait antara hubungan dagang dan hubungan investasi," jelas dia.

Eko menuturkan jumlah investasi yang diberikan kepada suatu negara akan berbanding lurus dengan volume perdagangan yang dihasilkan.

"Misalkan, investasi ke Afrika Selatan semakin besar, biasanya juga nanti akan diikuti oleh volume perdagangan yang semakin besar juga. Dari situlah kemudian bisa menimbulkan aktivitas ekonomi sekunder, misalkan penerbangan ke sana jadi ada, kaya gitu multiplier effectnya," ujar dia.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.