Sukses

Mengintip El Helicoide, Mal Mewah yang Alih Fungsi Jadi Penjara

Meski memiliki bentuk unik dan ukuran sangat luas, El Helicoide kini dipergunakan sebagai penjara.

Liputan6.com, Jakarta Berlokasi di Caracas, Venezuela, berdirilah sebuah bangunan megah di tengah-tengah perkampungan kumuh. Diberi nama El Helicoide, bangunan ini memiliki desain arsitektur unik dengan jalanan melingkar yang diatasnya berhiaskan kubah.

Apabila dilihat sekilas, orang yang melihat bangunan ini pasti mengira bahwa El Helicoide dibuat sebagai gedung istimewa yang dipergunakan untuk acara khusus. Namun, tidak pada nyatanya. Meski memiliki bentuk unik dan ukuran sangat luas, El Helicoide kini dipergunakan sebagai penjara.

Proyek ini dibuat pada akhir 1950-an oleh arsitek Pedro Neuberger, Dik Bornhorst dan Jorge Romero Gutierrez atas perintah diktator Venezuela sekaligus Presiden Marcoz Perez Jimenez.

Seperti dilaporkan interestingengineering.com, Rabu (28/6/2017), awalnya, El Helicoide dibangun untuk dijadikan mal mewah dengan konsep drive-thru pertama kali di dunia.

Bangunan ini dilengkapi dengan jalan spiral sepanjang 2,5 mil untuk naik, turun, dan parkir langsung di depan toko-toko yang ingin dikunjungi. Ada juga ruang untuk lebih dari 300 toko, termasuk fasilitas hotel bintang 5, bioskop dengan tujuh layar, ruang pameran, gym, kolam renang, arena bowling, area pembibitan dan banyak lagi.

Proyek ini pun pernah dipamerkan di Museum of Modern Art di New York City dan mendapat tanggapan sangat positif. Namun sayang, saat pembangunan El Helicoide hampir rampung, diktator Pérez Jiménez turun dari jabatan sehingga proyek ini berakhir mandek.

Para arsitek dan kontraktor kehilangan dana untuk menyelesaikan pembangunan. Sementara itu, pemerintah Venezuela yang baru pun tidak mau menyelesaikan proyek karena El Helicoide masih berhubungan dengan rezim kediktatoran sebelumnya.

Proses konstruksi berhenti total pada tahun 1961. Pada tahun 1975, El Helicoide dinyatakan bangkrut dan bangunan diambil alih oleh pemerintah.

Karena tidak terpakai, bangunan luas itupun akhirnya dijadikan tempat tinggal oleh para penghuni liar. Para pengungsi ini mulai menempati El Helicoide pada 1979.

Mereka kebanyakan adalah korban longsor. Tapi hanya dalam tiga tahun, jumlah orang ilegal yang menempati bangunan itu naik menjadi 10 ribu. Helicoide pun menjadi sarang perdagangan narkoba dan seks.

Pada tahun 1982, para penghuni liar diusir, dan diputuskan untuk mengubah bangunan ini menjadi Museum Sejarah dan Antropologi. Namun rencana tersebut juga tidak jadi terwujud.

Sebagai gantinya, bangunan tersebut diambil alih oleh polisi intelijen Venezuela pada tahun 1984 yang kemudian diubah menjadi kantor pusat mereka.

Kamar-kamar yang tak terhitung jumlahnya, yang awalnya dirancang untuk menampilkan produk berubah fungsi menjadi sel penjara untuk menahan tahanan. Banyak dari tahanan diinterogasi, disiksa, hingga mendapat pelanggaran HAM di tempat tersebut.

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan sebuah LSM, ada 145 kasus penyiksaan dan perlakuan kejam dari Januari 2014 sampai Juni 2016 saja. Perlakuan tidak manusiawi dan merendahkan martabat manusia itu dilakukan Pemerintah Venezuela di El Helicoide.

Pada tahun 2012, Pengadilan Antar-Amerika untuk Hak Asasi Manusia memeriksa fasilitas di Helicoide dan menyimpulkan bahwa bangunan ini tidak layak menjadi penjara. Meski demikian, Helicoide terus menahan narapidana hingga kini.

Simak video menarik berikut ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.