Sukses

Dibangun Sejak 2009, Akhirnya Jalan Tol Priok Rampung

Jalan tol ini akan memperlancar lalu lintas keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok karena memiliki akses langsung masuk ke pelabuhan.

Liputan6.com, Jakarta - ‎Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Akses Tanjung Priok sepanjang 11,4 kilometer (km). Jalan tol ini akan memperlancar lalu lintas keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok karena memiliki akses langsung masuk ke pelabuhan.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ‎mengatakan, jalan tol ini akan mengurangi kemacetan secara signifikan yang terjadi pada jalan arteri pelabuhan.‎

"Ruas tol ini akan dilewati oleh truk-truk bermuatan berat sehingga dapat dilalui kendaraan dengan beban 45 ton," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (9/4/2017).

Menurut Basuki, membangun jalan tol sekarang ini, terlebih ditengah kota Jakarta sangatl tidak mudah. Namun dirinya bersyukur tol ini akhirnya bisa rampung setelah sempat tertunda penyelesaiannya akibat pembebasan tanah yang sulit dan pembongkaran 69 tiang beton yang tidak memenuhi mutu rencana.

Dia menyatakan akan melaporkan rampungnya pembangunan tol ini kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan demikian ruas tersebut bisa secepatnya diresmikan.

Sebagai informasi, tol akses Tanjung Priok ini mulai lelang pada 2008 dan konstruksinya dimulai pada  2009 lalu.‎ Jalan tol tersebut merupakan bagian dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) dan tersambung dengan Jalan Tol Dalam Kota yakni di Seksi North South (NS) yang akan menghubungkan lalulintas dari JORR ke Cawang, Pluit, dan juga langsung ke pelabuhan.

Jalan Tol Akses Tanjung Priok terdiri dari lima seksi yakni Seksi E-1 Rorotan-Cilincing (3,4 Km), E-2 Cilincing-Jampea (2,74 Km), E-2A Cilincing-Simpang Jampea (1,92 Km) dan NS Link Yos Sudarso-Simpang Jampea (2,24 Km) dan NS Direct Ramp (1,1 Km).

Untuk Seksi E-1 Rorotan-Cilincing sudah selesai dan dioperasikan tanpa tarif sejak tahun 2011. Biaya pembangunannya sebesar Rp 5 triliun, dimana Rp 1 triliun untuk pengadaan lahan dan Rp 4 triliun untuk konstruksinya.

Adapun kontraktor pelaksananya terdiri dari Kerja Sama Operasi (KSO) kontraktor Jepang dan Indonesia. SMCC-PT Hutama Karya, Kajima-PT Waskita Karya, Obayashi-PT Jaya Konstruksi, dan Tobishima-PT Wijaya Karya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.