Sukses

Gangguan Pasokan di Libya Dukung Kenaikan Harga Minyak

Harga minyak mentah jenis Brent naik 58 sen atau 1,14 persen dan menetap di level US$ 51,33 per barel.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mampu menguat pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga minyak karena adanya gangguan pasokan di Libya dan adanya harapan akan perpanjangan pengendalian produksi.

Mengutip Reuters, Rabu (29/3/2017), harga minyak mentah jenis Brent naik 58 sen atau 1,14 persen dan menetap di level US$ 51,33 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 64 sen, atau 1,34 persen ke level US$ 48,37 per barel.

Fraksi-fraksi bersenjata telah memblokir produksi minyak di Sharara dan Wafa yang merupakan ladang minyak Libya bagian barat. Dengan pemblokiran tersebut mengurangi produksi kurang lebih 252 ribu barel per hari atau sekitar sepertiga dari total produksi negara tersebut.

National Oil Corp (NOC) yang mengelola ladang tersebut menyatakan kondisi force majeure karena tidak bisa berproduksi normal.

"Penutupan dua ladang minyak di Libya tersebut mendorong kenaikan harga. Milisi telah menutup pipa utama dan mengendalikan ladang tersebut," jelas analis energi Citi Futures Tim Evans.

Selain itu, kenaikan harga minyak juga didorong oleh rencana perluasan pembatasan produksi minyak negara-negara anggota organisasi eksportir minyak (OPEC) dan beberapa negara di luar OPEC lainnya.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyatakan bahwa kesepakatan pemangkasan produksi antara OPEC dan beberapa negara non OPEC kemungkinan besar akam berlanjut.

Dalam perjanjian awal pemangkasan produksi dilakukan dalam enam bulan mulai awal Januari hingga akhir Juni tahun ini. Menurut Bijan kemungkinan pemangkasan produksi akan berlanjut setelah Juni nanti.

Rusia menjadi negara non OPEC yang kemungkinan besar menolak untuk melanjutkan kesepakatan pengendalian produksi tersebut. Namun Iran dan Rusia telah menandatangani kesepakatan bersama akan terus bekerja sama untuk mendorong kenaikan harga minyak.

Sedangkan Azerbaijan, negara non OPEC lainnya setuju untuk melanjutkan pengendalikan harga minyak setelah Juni nanti.

Sayangnya, hasil kesepakatan dari OPEC dan beberapa negara non OPEC tersebut tidak maksimal karena produksi minyak AS kembali bangkit dan persediaan minyak mentah domestik negara tersebut mencapai rekor tertinggi.

Dari data American Petroleum Institute menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik 1,9 juta barel menjadi 535,50 juta. Sedangkan para analis memperkirakan kenaikan stok minyak mentah AS hanya di kisaran 1,4 juta barel. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini