Sukses

Indonesia Butuh Kilang Baru untuk Kebutuhan BBM 10 Tahun ke Depan

Indonesia akan alami defisit BBM yang sangat tinggi apabila tidak ada penambahan kapasitas pengolahan minyak di dalam negeri.

Liputan6.com, Indramayu Indonesia akan alami defisit BBM yang sangat tinggi apabila tidak ada penambahan kapasitas pengolahan minyak di dalam negeri. Pembangunan kilang baru dan peningkatan kapasitas melalui program Refining Development Master Plan (RDMP) harus segera dilakukan untuk mewujudkan ketahanan energi.

Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Igansius Jonan mengatakan Indonesia memerlukan 2-3 kilang baru untuk dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam 10 tahun ke depan.

“Bapak Presiden minta, dengan waktu yang sesegera mungkin refinery di dalam negeri harus bisa melayani kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Jadi kita belum masuk ke strategic reserve, inikan masih operational reserve dan Presiden mengharapkan kalau kebutuhannya sekarang itu kira-kira 1,65 juta barel per hari maka refinery tank harus dibangun 2 juta barel per hari,” ujar Igansius Jonan beberapa waktu lalu ketika berada di Kilang Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat.

Menteri ESDM bersama Menteri BUMN meresmikan Groundbreaking pembangunan fasilitas submarine pipe line (SPL) dan single point mooring (SPM) di Kilang Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Kamis (16/2) lalu.

Arahan Bapak Presiden itu, menurut Jonan penting sekali diwujudkan untuk menjaga ketahanan energi nasional dan setelah terwujud barulah melangkah kepada strategic reserve.

“Kalau kita mau cadangan 30 hari atau 60 hari sebaiknya dalam bentuk BBM (fuel) jangan dalam bentuk crude meski dibanyak negara seperti Amerika itu cadangannya mix jadi ada crude dan ada fuel tapi kapasitasnya besar sekali refinery-nya di Amerika itu melebihi penggunaan konsumsi didalam negeri.” tambah Jonan.

“Mudah-mudahan nanti setelah 2 juta strategic reserve-nya bisa crude,” harap Jonan

Pertamina selaku BUMN yang ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional memproyeksikan dalam 10 tahun ke depan permintaan Premium menembus angka 77 juta KL, sedangkan Solar 54 juta KL.

Untuk menutup gap permintaan dan kapasitas produksi yang ada sekarang akan dilakukan melalui beberapa program, seperti RDMP, RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) dan PLBC (Proyek Langit Biru Cilacap). Akan tetapi, program-program itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan 10 tahun mendatang sehingga harus ada pembangunan kilang baru 2-3 kilang. Pertamina sudah diminta pemerintah menjadi lead untuk proyek grassroot refinery (GRR). 

Powered By:

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini