Sukses

Indonesia Terancam Krisis Batu Bara di 2035‎

Jika cadangan batu bara habis, maka Indonesia harus impor dari negara tetangga khususnya Australia.

Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) menyatakan, Indonesia berpotensi mengalami krisis batu bara di periode 2035 karena ludesnya cadangan. Akibatnya, salah satu produsen batu bara terbesar di dunia ini harus impor dari negara tetangga, khususnya dari Australia.

Ketua Umum APBI, Pandu Sjahrir mengungkapkan, cadangan batu bara Indonesia saat ini sebanyak 8 miliar ton. Sementara konsumsi domestik membutuhkan 170 juta ton batu bara setiap tahun, apalagi pemerintah dan PT PLN (Persero) sedang mengejar target ambisius proyek pembangkit listrik 35 ribu Megawatt (Mw).

Tambahnya, Indonesia memiliki cadangan batu bara yang tersimpan di perut bumi sebanyak 30-40 miliar ton yang dapat memenuhi kebutuhan jangka panjang. Namun yang dapat dikeruk dengan harga saat ini sekitar US$ 70 per ton hanya 8 miliar saja.‎

"Produksi batu bara kita 350 juta-400 juta ton per tahun, konsumsi 170 juta per tahun, dan cadangan tinggal 8 miliar ton. Jadi sudah pasti habis pasokan batu bara di 2035-2036. Kita tidak akan punya batu bara lagi, termasuk untuk memenuhi kebutuhan proyek 35 ribu Mw," kata Pandu saat berbincang dengan Liputan6.com di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (6/9/2016).

‎Gambaran kondisi tersebut, tambahnya, sangat menakutkan bagi para pengusaha batu bara, termasuk pemerintah yang bercita-cita mewujudkan ketahanan energi. Target pemerintah itu diprediksi akan gagal bila tidak mencari solusinya sejak saat ini, karena risikonya Indonesia akan menjadi negara pengimpor batu bara.

"Tahun 2035 sudah dekat lho, hanya tinggal 19 tahun dari sekarang. Kalau tidak punya batu bara, kita impor dari negara lain dan itu artinya hanya memberikan manfaat kepada negara tetangga," jelasnya.

Paling dekat, sambung Pandu, Indonesia berpotensi mengimpor batu bara dari Australia. ‎Jika itu sampai terjadi, ia menganggap impor sebagai sebuah yang memalukan bagi negara terbesar penghasil batu bara di dunia, seperti Indonesia.

"Tapi masa iya sih harus impor batu bara dari Australia. Saya orang Indonesia saja malu. Tapi itu bisa terjadi kalau kita punya cadangan tidak bisa dimanfaatkan. Jangan memikirkan jangka pendek saja, tapi jangka panjang," harap Pandu. (Fik/Gdn)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini