Sukses

Sempat Sentuh US$ 50 per Barel, Harga Minyak Turun Tipis

Harga minyak menyentuh level US$ 50 per barel pada Kamis kemarin untuk pertama kalinya dalam 7 bulan.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak menyentuh level US$ 50 per barel pada Kamis kemarin untuk pertama kalinya dalam 7 bulan. Namun kemudian menetap lebih rendah karena investor khawatir akan kenaikan harga yang bisa mendorong kenaikan supply,

Kebakaran di ladang minyak Kanada, kerusuhan di sektor energi Nigeria dan Libya, dan krisis ekonomi dekat di anggota OPEC Venezuela telah tersingkir hampir 4 juta barel per hari dalam produksi langsung, memicu kegilaan membeli di harga minyak mentah berjangka.

Brent dan West Texas Intermediate (WTI) minyak mentah berjangka AS ini telah meningkat hampir 90 persen dari posisi terendah 12-tahun. Mereka telah memperoleh kembali sekitar setengah dari apa yang hilang sejak pertengahan 2014 ketika keduanya diperdagangkan di atas US$ 100 per barrel.

Sebuah pendakian di atas US$ 50 per barel bisa memacu produsen, khususnya pengebor shale gas AS, untuk menghidupkan kembali operasinya, yang bisa mengasapi persediaan dan memicu aksi jual baru, kata analis.

"Kami sedang melihat rasio risiko/reward saat yang tidak menguntungkan menuju rindu baru pada level saat ini," kata Jim Ritterbusch dari Chicago berbasis pasar minyak konsultan Ritterbusch & Associates, yang mengutip penurunan potensi Brent untuk US$ 47,50 dilansir dari Reuters, Jumat (27/5/2016).

Harga minyak acuan Brent sempat menyentuh US$ 50,51 per barel, tertinggi sejak November dan kembali melemah dan menetap di level US$ 49,59 per barel.

Sementara West Teexas Intermediate jatuh 8 sen untuk menetap US$ 49,48 per barel setelah menyentuh US$ 50,21 per barel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.