Sukses

Ini Alasan RI Gandeng Rusia Kerja Sama Industri Kereta Api

Penjajakan kerja sama akan dikaitkan dengan perusahaan-perusahaan perkeretaapian pelat merah seperti PT Kereta Api Indonesia atau PT INKA.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menjajaki kerja sama dengan Rusia untuk memajukan industri perkeretaapian di Indonesia. Penjajakan kerja sama ini sebagai bagian dari keinginan Rusia membangun kereta api penumpang di Kalimantan yang ditolak langsung Presiden RI Joko Widodo.

Penjajakan kerja sama ini akan dikaitkan dengan perusahaan-perusahaan perkeretaapian pelat merah seperti PT Kereta Api Indonesia (Persero) ataupun PT INKA (Persero).

‎"Masih kita lihat, kita lihat perkeretaapian di Rusia bagus di dua-duanya, penumpang dan kargo, mereka sangat expert di kargo, mereka sudah bangun 85 ribu kilometer (km), jadi kita melihat potensi kerja sama sangat besar," kata Rini di Kantor Pusat Pertamina, Senin (23/5/2016).


Dijelaskan Rini, permintaan langsung Presiden Rusia Vladimir Putin ke Presiden RI Joko Widodo saat bertemu di Sochi untuk membangun kereta penumpang di Kalimantan. Alasannya, kalau hanya membangun kereta api barang, masih kurang ekonomis.

Namun, izin pembangunan yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan Rusia hanya diperbolehkan membangun‎ kereta api barang yang nantinya lebih banyak untuk mengangkut hasil tambang.

Rini mengungkapkan, sebagai modal awal kerja sama perkeretaapian dengan Rusia, saat ini sudah ada beberapa mahasiswa terpilih dari‎ Indonesia untuk mengemban ilmu di Negara Beruang Merah itu.

"Mereka sangat terbuka untuk pertukaran teknologi, jadi waktu saya ke sana sudah ada 100 mahasiswa Indonesia yang masuk universitas perkeretaapian di sana. Saya harapkan bisa potensi kerja sama yang baik," kata Rini.

Seperti diketahui, perusahaan kereta api Rusia, Russian Railways (RZD), telah melakukan studi untuk membangun kereta api di Kalimantan. Awalnya, kereta api yang dibangun adalah kereta pengangkut batu bara.

Namun, harga komoditas tersebut kian anjlok dan tidak menguntungkan. Oleh karena itu, RZD menginginkan membangun kereta penumpang.

Rusia menyiapkan dana kurang lebih US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 35 triliun (estimasi kurs: Rp 14.000 per dolar AS) untuk pembangunan jalur kereta api tersebut.

Rencananya, dana tersebut akan dipergunakan secara bertahap selama 4 fase. Diharapkan, infrastruktur rel kereta api tersebut bisa selesai pada 2020 dan langsung bisa digunakan.

Untuk mengerjakan proyek tersebut perusahaan kereta api asal Rusia sudah membentuk anak usaha di Kalimantan yang dinamakan Borneo Raiways.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution sebelumnya menjelaskan agar investasi ini bisa tetap berjalan, maka ditawarkan skema kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia. Sebab, perusahaan asing tidak boleh memiliki 100 persen kepemilikan kereta penumpang.

"Kalau kereta penumpang, aturan mainnya negara. Gimana kalau kerja sama dengan BUMN, PT KAI. Kita sedang pelajari, apa mungkin menurut UU. Kita juga tidak mau cuma itu saja, tapi rel, lalu gerbong, rolling stock," tandas Darmin.(Yas/Nrm)
‎

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.