Sukses

Secara Teori, Program Konservasi Energi Mudah Dijalankan

Untuk menjalankan program konservasi energi membutuhkan partisipasi dari berbagai lapisan golongan dan perlu adanya perubahan perilaku.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadikan ‎program konservasi energi, sebagai sumber energi kelima setelah minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan, secara teori, program konservasi energi adalah program yang paling mudah dijalankan. Pasalnya, untuk menjalankan program tersebut hanya perlu melakukan penghematan energi.

“jadi konservasi ini sebenarnya yang paling mudah dilakukan di antara program yang lain," kata Rida, seperti yang dikutip di Jakarta, Minggu (22/5/2016).

Namun memang, untuk bisa menjalankan program yang dinamai potong 10 persen tersebut membutuhkan partisipasi dari berbagai lapisan golongan dan perlu adanya perubahan perilaku. Masyarakat harus bisa lebih hemat dalam menggunakan energi. 

‎"Ini membutuhkan perubahan perilaku, maka dari itu harus ada gerakan untuk memulainya, yakni kampanye Potong 10 persen” tutur Rida. 

Kampanye Penghematan Energi Nasional merupakan salah satu dari lima Kebijakan Pengembangan EBT. Potensi penghematan energi terbesar dapat dilakukan dari sektor transportasi yakni sebesar 15 sampai 30 persen.

Selain transportasi, ada beberapa sektor juga yang memiliki potensi penghematan energi cukup besar seperti sektor industri, bangunan komersial dan sektor rumah tangga memiliki potensi penghematan energi sebesar 10 hingga 30 persen dari penggunaan saat ini.

“Menghemat energi sebesar 1 kWh lebih murah dan dibandingkan dengan memproduksi energi sebesar 1 kWh,” ujarnya.

Direktur Utama PT Energy Management Indonesia Aris Yunanto melanjutkan, konservasi energi dengan Potong 10 persen adalah usaha konservasi energi yang tidak membutuhkan teknologi dan biaya, semua orang dapat melakukannya.

konservasi energi dapat dilakukan dengan sangat sederhana misalnya mematikan lampu dan alat elektronik ketika tidak digunakan, mengatur suhu ruangan, mencabut tusuk kontak alat elektronik, serta mandi lebih cepat.

"Sedikit berbeda dengan efisiensi energi yang membutuhkan teknologi sederhana dengan biaya rendah, serta energi terbarukan dengan teknologi rumit dengan biaya tinggi," tutup Aris.‎

Gerakan potong 10 persen merupakan aksi bersama yang melibatkan pemerintah, pelaku bisnis dan industri, organisasi masyarakat sipil, dan individu, untuk menghemat 10 persen konsumsi energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini