Sukses

Mau PHK 1.500 Pegawai, Menaker Panggil Chevron

Koordinasi ini ditempuh untuk menghindari PHK terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mencari solusi atas langkah perusahaan energi asal Amerika Serikat (AS) Chevron yang berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 1.500 pegawainya akibat terimbas penurunan harga minyak dunia. Koordinasi ini ditempuh agar menghindari PHK terjadi.  

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri mengungkapkan pemerintah sedang memeriksa dan mengonsolidasikan kebenaran data-data PHK yang ada. Caranya dengan pemanggilan manajemen perusahaan yang bersangkutan hingga berkoordinasi dengan kementerian terkait.


"Soal Chevron, nanti pihak Chevron kita panggil. Koordinasikan juga dengan SKK Migas dan Kementerian ESDM. Kita akan carikan solusinya," ujar Hanif di Jakarta, Selasa (2/2/2016).

Ia mengaku, industri migas terpuruk karena anjloknya harga minyak dunia ke titik terendah. Karena itu, perlu ada jalan keluar untuk mencegah PHK terjadi, selain mengeluarkan kebijakan seperti insentif karena selama ini paket kebijakan pemerintah sudah banyak menawarkan insentif bagi dunia usaha.

"Ini memang situasinya lain karena ada penurunan harga minyak dunia. Tapi kita berharap jangan ada PHK dulu, jangan sampai pekerja jadi korban," harap Hanif.

Sebelumnya, Indonesian Petroleum Association (IPA) ‎telah memperkirakan ada pengurangan tenaga kerja pada sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) karena anjloknya harga minyak dunia.

Presiden IPA Craig Stewart mengatakan, harga minyak d‎unia diperkirakan masih di bawah level US$ 100 per barel dan akan terus berlanjut. "Rendahnya harga minyak diperkirakan berlanjut yang disebabkan kelebihan pasokan‎," katanya.

Direktur IPA Sammy Hamzah‎ menambahkan, kondisi tersebut akan berdampak pada pengurangan pekerja, khususnya pekerja yang bekerja di bagian eksplorasi, yang berstatus kontrak dan subkontraktor.

"Tapi saya tidak mungkiri akan ada pelepasan karyawan dalam waktu ke depan, bahkan sudah terjadi sekarang. Bidangnya itu pertama eksplorasi. Kedua, sifatnya suportif, misalnya yang dua orang jadi satu orang," tutur Sammy.

Sammy menuturkan, pekerja eksplorasi mengalam‎i pengurangan karena perusahaan hulu migas sedang mengurangi kegiatan eksplorasi seiring penurunan harga minyak dunia.

"Di perusahaan minyak yang pertama dikurangi eksplorasi. Korelasi dengan Indonesia, di satu pihak pemerintah bilang problem eksplorasi‎," ujar Sammy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini