Sukses

Pengusaha Minta Pemerintah Kendalikan Harga Tiket Pesawat

Harga tiket pesawat di Kawasan Timur Indonesia misalnya, melonjak hingga 100 persen dari harga normal saat momen Natal dan Tahun Baru ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) meminta pemerintah untuk mengendalikan harga tiket penerbangan saat momen Natal dan Tahun Baru.

Pasalnya, harga tiket pesawat di Kawasan Timur Indonesia misalnya, melonjak hingga 100 persen dari harga normal.

Pengusaha juga meminta Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menambah penerbangan ke Kawasan Timur Indonesia (KTI).

“Lonjakannya luar biasa sampai seratus persen dari harga normal. Kita minta Pak Menhub menambah penerbangan ke KTI,” ujar Ketua Bidang Keanggotaan dan Organisasi BPP Hipmi Anggawira di Jakarta, seperti dikutip Jumat (25/12/2015).

Dia meminta penanganan angkutan Natal seperti yang dilakukan pemerintah pada angkutan Lebaran tahun ini. Di mana, Kemenhub dinilai sudah sangat bagus mengendalikan angkutan transportasi saat Lebaran. Harga-harga tiket pesawat juga cukup terkendali.

Sebab itu, Hipmi juga berharap harga tiket momen Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 ini dapat dikendalikan pemerintah. ”Jadi, naiknya jangan gila-gilaan seperti sekarang,” ujar Anggawira.

Anggawira mengatakan, berdasarkan laporan dari Badan Pengurus Daerah sekawasan timur Indonesia, harga tiket pesawat menjelang Natal dan Tahun Baru mulai merangkak signifikan dari harga normal sudah sejak 20 Desember 2015.

“Puncaknya tanggal Kamis, 24 Desember hari ini harga tiket sudah melambung pada harga tertinggi sejak republik ini berdiri,” ujar Anggawira.

Dalam pantauan Hipmi misalnya, harga tiket Jakarta ke sejumlah Kota ke Papua, terendah saja telah mencapai Rp 7 juta sampai Rp 8 juta. Padahal, harga normalnya hanya sekitar Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Hal yang sama juga penerbangan antar kota di Papua juga mengalami kenaikkan hampir 100 persen. Bahkan ada yang melebihi 100 persen.

Hipmi meminta agar pemerintah menertibkan kenaikan ini dengan menambah penerbangan ke KTI. “Penerbangannya harus ditambah. Jauh hari sebenarnya ini sudah harus diantisipasi oleh pemerintah. Banyak penerbangan yang tidak padat penumpang di kawasan barat dialihkan saja ke KTI,” ujar Anggawira.

Itu karena lonjakan harga ini sangat memberatkan umat Kristiani yang merayakan Natal di Papua dan KTI lainnya. “Kita tahu kan ini Natal seharusnya membawa sukacita bagi saudara kita umat Kristiani yang merayakan Natal. Ini malah harga tiket melambung tinggi,” ujar Anggawira.

Kenaikkan ini, ujar Anggawira, juga akan berdampak pada inflasi di KTI. “Di KTI ini kan infrastrukturnya lemah, biaya logistiknya juga tinggi. Otomatis ini akan memicu inflasi lagi di akhir tahun,” pungkas Anggawira.

Dia mengatakan, inflasi di KTI selalu di atas rata-rata nasional. Salah satu pemicu inflasi adalah rendahnya penyeimbang kondisi geografis, yakni penerbangan. Belum lagi, inflasi kerap diganggu kondisi alam dan dan cuaca. Sebab itu, penerbangan ke KTI semestinya ditambah jelang Natal dan Tahun Baru. (Dny/Nrm)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini